PDI-P menjadi yang teratas dalam survei elektabilitas karena merupakan parpol pengusung utama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Golkar juga naik 1,1 persen dan kini menduduki peringkat ketiga dengan 9,0 persen suara pemilih. Citra Golkar kerap terwakili dari penampilan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, yang juga banyak disebut sebagai bakal capres dari Golkar.
3. Penurunan Elektabilitas Parpol
Berbeda dengan elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sedikit menurun 1,9 persen dari survei sebelumnya dan kini menjadi 14,3 persen.
Hal itu terjadi kemungkinan karena Pencapresan Prabowo Subianto oleh Gerindra. Seperti terlihat dari dampak elektabilitas/perolehan suara Gerindra dari pencapresan Prabowo (efek ekor jas/coattail effect) yang relatif tetap.
Kemungkinan itu juga dikuatkan oleh fakta proporsi pemilih Prabowo di Gerindra yang juga sedikit menurun dari 46,0 persen triwulan lalu, menjadi 42,9 persen di Januari 2023.
Publik tampaknya masih menunggu pasangan calon paling ideal untuk Prabowo, yang pada gilirannya akan turut menaikkan elektabilitas Gerindra.
Penurunan elektabilitas juga terjadi pada PAN dan Perindo.
Kedua partai itu relatif belum punya narasi politik yang cukup kuat disuarakan, selama triwulan terakhir di tengah ketatnya pergerakan tokoh elite politik saat ini.
Apalagi, sebagian kecil pemilih PAN tampaknya juga terpapar pergeseran parpol akibat pilihan capres Anies Baswedan.
4. Nasdem dapat Berkah dari Pencapresan Anies
Pencapresan Anies Baswedan menjadi berkah bagi Nasdem, dengan beralihnya suara pemilih partai lain.
Nasdem mendapat efek ekor jas Anies sehingga mengalami lompatan elektabilitas menjadi 7,3 persen dari 4,3 persen pada survei periodik Kompas Oktober 2022.
Pertambahan elektabilitas sebesar 3 persen ini belum pernah dialami Nasdem sejak survei dilakukan.