TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Litbang Kompas pada periode Januari 2023 menunjukkan sejumlah temuan terbaru, setahun menjelang Pemilu 2024.
Jajak pendapat ini berlangsung pada 25 Januari-4 Februari 2023, diikuti oleh 1.202 responden yang diambil dari 38 provinsi di Indonesia.
Survei berlangsung melalui wawancara tatap muka, sedangkan sampel dipilih secara acak menggunakan sistematis bertingkat.
Menggunakan metode itu memiliki kepercayaan publik 95 persen, dengan margin of error lebih kurang 2,83 persen.
Baca juga: Megawati Soekarnoputri Jadi Ketua Umum Partai Paling Populer di 2023 dalam Survei Litbang Kompas
Berikut beberapa fakta temuan survei seperti dilansir Tribunnews.com, Selasa (21/2/2023) dari Kompas.id.
1. Elektabilitas 10 Besar Parpol
Berikut urutan 10 besar tingkat elektablitas partai politik berdasarkan jajak pendapat Litbang Kompas Januari 2023:
1. PDI-P: 22,9 persen
2. Partai Gerindra: 14,3 persen
3. Partai Golkar: 9 persen
4. Partai Demokrat: 8,7 persen
5. Partai Nasdem: 7,3 persen
6. PKB: 6,1 persen
7. PKS: 4,8 persen
8. Perindo: 4,1 persen
9. PPP: 2,3 persen
10. PAN: 1,6 persen
2. Kinerja Pemerintah Bagus Elektabilitas Parpol Pendukung Ikut Naik
Mengutip Kompas.id, Selasa (21/2/2023), parpol yang mengalami kenaikan elektabilitas adalah parpol yang punya kemampuan organisasi dalam mengarusutamakan narasi politik mereka.
Sebaliknya, parpol kurang menguasai narasi politiknya, semakin tidak menarik di mata pemilih.
Survei periodik Kompas pada 25 Januari-4 Februari 2023 memperlihatkan dampak penguasaan narasi politik masih dinikmati partai pengusung pemerintah seperti PDI-P, Golkar, PKB, PPP, dan Nasdem.
"Elektabilitas parpol-parpol itu cenderung meningkat dalam batas tertentu seiring citra positif kinerja pemerintah. Seperti diberitakan harian ini kemarin, kepuasan terhadap kinerja pemerintah meningkat di seluruh indikator bidang pembangunan politik, hukum, ekonomi, dan kesejahteraan sosial," tulis Harian Kompas dalam laporannya.'
Dalam survei Litbang Kompas terbaru, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf Amin naik dari 62,1 menjadi 69,3 persen.
PDI-P menjadi yang teratas dalam survei elektabilitas karena merupakan parpol pengusung utama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Golkar juga naik 1,1 persen dan kini menduduki peringkat ketiga dengan 9,0 persen suara pemilih. Citra Golkar kerap terwakili dari penampilan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, yang juga banyak disebut sebagai bakal capres dari Golkar.
3. Penurunan Elektabilitas Parpol
Berbeda dengan elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sedikit menurun 1,9 persen dari survei sebelumnya dan kini menjadi 14,3 persen.
Hal itu terjadi kemungkinan karena Pencapresan Prabowo Subianto oleh Gerindra. Seperti terlihat dari dampak elektabilitas/perolehan suara Gerindra dari pencapresan Prabowo (efek ekor jas/coattail effect) yang relatif tetap.
Kemungkinan itu juga dikuatkan oleh fakta proporsi pemilih Prabowo di Gerindra yang juga sedikit menurun dari 46,0 persen triwulan lalu, menjadi 42,9 persen di Januari 2023.
Publik tampaknya masih menunggu pasangan calon paling ideal untuk Prabowo, yang pada gilirannya akan turut menaikkan elektabilitas Gerindra.
Penurunan elektabilitas juga terjadi pada PAN dan Perindo.
Kedua partai itu relatif belum punya narasi politik yang cukup kuat disuarakan, selama triwulan terakhir di tengah ketatnya pergerakan tokoh elite politik saat ini.
Apalagi, sebagian kecil pemilih PAN tampaknya juga terpapar pergeseran parpol akibat pilihan capres Anies Baswedan.
4. Nasdem dapat Berkah dari Pencapresan Anies
Pencapresan Anies Baswedan menjadi berkah bagi Nasdem, dengan beralihnya suara pemilih partai lain.
Nasdem mendapat efek ekor jas Anies sehingga mengalami lompatan elektabilitas menjadi 7,3 persen dari 4,3 persen pada survei periodik Kompas Oktober 2022.
Pertambahan elektabilitas sebesar 3 persen ini belum pernah dialami Nasdem sejak survei dilakukan.
Elektabilitas Nasdem sebelumnya berfluktuasi landai di kisaran 2-4 persen.
Beralihnya suara pemilih Anies juga berakibat pada turunnya elektabilitas Partai Demokrat dan PKS.
Parpol yang paling terdampak adalah Demokrat yang dalam survei ini merosot 5,3 poin dari perolehan elektabilitas Oktober 2022.
Elektabilitas Demokrat kini turun menjadi 8,7 persen dari sebelumnya 14 persen. Proporsi responden pemilih Anies di Demokrat menurun dari 18,9 persen pada Oktober 2022 menjadi 11,3 persen pada Januari 2023.
Artinya, ada selisih 7,6 persen pemilih Demokrat yang juga memilih Anies Baswedan kini hengkang dari memilih Demokrat. Di luar faktor sosok capres, Demokrat tampaknya juga terpapar dampak penangkapan Gubernur Papua Lukas Enembe, yang juga Ketua DPD Demokrat Papua, oleh KPK pada 10 Januari 2023 karena kasus dugaan korupsi.
Selain Demokrat, fenomena tergerusnya elektabilitas partai karena pergeseran pemilih capres juga dialami PKS.
Dilihat dari proporsi responden PKS pemilih Anies, terlihat ada penurunan dari 19,9 persen pada Oktober 2022 jadi 17,6 persen pada Januari 2023. Seiring dengan itu, PKS juga mengalami penurunan elektabilitas dari 6,3 persen menjadi 4,8 persen.
5. Parpol Paling Akhtif di Medsos
Konstituen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai yang paling aktif di media sosial (medsos).
"PKS jadi partai dengan konstituen yang cukup aktif di dunia maya. Sebanyak 57,1 persen dari responden yang ingin memilih PKS sebagian besar pun cukup intens dalam mengakses media sosial dalam sehari," tulis tim Litbang Kompas Selasa (21/2/2023).
Berdasarkan hasil survei, lebih dari 63 persen dari konstituen partai ini mengaku selalu atau sering menggunakan media sosial tiap harinya.
Pentingnya manajemen citra dan pesan politik di ruang digital makin menguat bagi PKS ketika membandingkan dengan konsumsi media lainnya.
Sekitar 10 persen dari mereka yang ingin memilih partai ini menjadikan berita daring sebagai pilihan utama.
Sehingga, jika dijumlahkan, para pemilih PKS yang lebih memilih mengakses media digital (berita daring dan media sosial) jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang lebih memilih menonton TV (31,4 persen).
Hal serupa dialami beberapa partai, termasuk Demokrat, Gerindra, dan Perindo.
Pada Partai Demokrat, jumlah konstituen yang menjadikan media sosial sebagai pilihan utama (46,3 persen) lebih banyak dibandingkan mereka yang lebih memilih menonton TV (42,6 persen).
Sama halnya dengan PKS, apabila pemilih Demokrat digabungkan dengan mereka yang memilih berita daring (10,5 persen), pengaruh propaganda di dunia maya untuk keuntungan elektoral dari partai ini tentu makin kuat.
Meskipun masih kalah dengan konstituen yang cenderung memilih menonton TV (45,5 persen), jumlah konstituen Partai Gerindra yang lebih memilih media sosial masih cukup tinggi di atas angka 40 persen.
Sama halnya dengan Perindo, yang 42,9 persen dari konstituennya menjadikan media sosial sebagai pilihan utama.
6. Parpol Terancam Tak Lolos ke Parlemen
Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan dua partai politik (parpol) yang sudah lolos ke parlemen pada Pileg 2019 terancam tak lolos ke Senayan dalam gelaran Pileg 2024 nanti.
Keduanya adalah Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN), dengan hasil survei PPP 2,3 persen dan PAN 1,6 persen. Artinya, mereka tak memenuhi persyaratan parliamentary threshold sebesar 4 persen.
Sumber: Kompas.id/Kompas.com/Kompas.TV