TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, musim kemarau tahun 2023 akan tiba lebih awal dari tahun sebelumnya.
Diketahui, curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.
"Awal Musim Kemarau 2023 umumnya diprediksi pada bulan April 2023 (119 ZOM, 17 persen), Mei 2023 (156 ZOM, 22 persen), Juni 2023 (155 ZOM,22 persen). Adapun sifat hujan, pada periode Musim Kemarau 2023 diprakirakan, BAWAH NORMAL 327 ZOM (47%), NORMAL 327 ZOM (47%), dan ATAS NORMAL sebanyak 45 ZOM (6,4%)," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya, Senin (6/3/2023), dikutip dari laman BMKG.
BMKG juga memprediksi, puncak musim kemarau 2023 terjadi pada Agustus 2023.
Dwikorita menyebutkan, wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada bulan April mendatang meliputi Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Jawa Timur.
Sedangkan wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
Baca juga: Cuaca Besok - BMKG: 27 Wilayah Diguyur Hujan Deras, Rabu 8 Maret 2023
Adapun wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada bulan Juni meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.
BMKG mengimbau Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat Musim Kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).
"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih."
"Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir," imbuhnya.
Pasalnya, terkait prakiraan dinamika atmosfer-laut, Dwikorita menyebutkan bahwa hingga akhir Februari 2023 kondisi ENSO berada pada fase La Nina lemah.
Adapun La Nina diprediksi akan segera beralih ke fase netral pada periode Maret 2023 dan bertahan hingga semester pertama 2023.
Sedangkan, pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60% bahwa kondisi Netral akan beralih menuju Fase El Nino.
Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada pada kondisi netral dan diprediksi akan bertahan hingga akhir tahun 2023.
Pemerintah Daerah dan masyarakat, tambah dia, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir Musim Hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.
(Tribunnews.com, Widya)