TRIBUNNEWS.COM - Inilah rangkaian upacara adat yang dilakukan saat perayaan Hari Raya Nyepi.
Secara etimologi, kata nyepi memiliki arti “sunyi” yang berarti dalam pelaksanaannya dilakukan dengan keadaan sepi atau hening.
Dikutip dari laman bem.fmipa.unej.ac.id, Hari Raya Nyepi diperingati untuk menyambut tahun baru saka yang jatuh pada penanggal Apisan Sasih Kedasa (Eka Sukla Paksa Warsawa) sehari setelah Tilem Kesanga (Panca Dasi Krsna Paksa Sasih Chaitra).
Di Indonesia, tempat yang paling identik dengan perayaan Hari Raya Nyepi yakni di Bali.
Suasana khidmat saat perayaan Hari Raya Nyepi, mengharuskan masyarakat Bali untuk berdiam diri di rumah.
Meski demikian dalam pelaksanaan Hari Raya Nyepi terdapat sejumlah rangkaian upacara adat yang dilaksanakan.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi 2023 dalam Bahasa Bali dan Indonesia
Rangkaian upacara adat tersebut dilaksanakan sebelum dan sesudah adanya perayaan Hari Raya Nyepi.
Adapun rangkaian upacara yang dilaksanakan saat Hari Raya Nyepi yakni sebagai berikut:
1. Upacara Melasti
Dikutip dari laman Kemenparekraf, upacara Melasti merupakan ritual pertama yang dilakukan untuk mengawali perayaan Nyepi di Bali.
Upacara Melasti dilakukan dengan tujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan Nyepi.
Biasanya, masyarakat Bali melakukan upacara Melasti di pura yang berada di dekat laut.
Satu di antara rangkaian Nyepi di Bali ini berlangsung tiga atau empat hari sebelum ritual Nyepi diadakan.
2. Tawur Kesanga
Setelah adanya upacara Melasti, perayaan Nyepi di Bali dilanjutkan dengan Tawur Kesanga atau Mecaru.
Tradisi Tawur Kesangan biasanya digelar H-1 sebelum adanya perayaan Nyepi.
Dalam pelaksanaan Tawur Kesanga, identik dengan adanya pawai festival ogoh-ogoh.
Bagi masyarakat Hindu Bali, ogoh-ogoh merupakan representasi dari sifat buruk dan jahat manusia.
Oleh karena itu, di akhir perayaan ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan sifat jahat manusia yang dilenyapkan dalam ritual Nyepi.
Baca juga: Daftar Tanggal Merah Maret 2023: Hari Raya Nyepi pada 22 Maret, Cuti Bersama 23 Maret
Mengutip laman bem.fmipa.unej.ac.id, gelaran upacara Tawur Kesanga dilakukan berdasarkan tingkatan sebagai berikut:
- Tingkat Provinsi bernama Tawur Agung
Tawur Agung dilengkapi dengan Sesayut Prayascitagumi dan Sesayut Dirgayusa Gumi, beserta perlengkapannya.
Pelaksanaannya bertempat di Catuspata/persimpangan.
- Tingkat Kabupaten dinamai Panca Kelud
Panca Kelud yaitu mempergunakan lima ekor ayam/lima warna pengideran ditambah itik belang kalung satu ekor, asu belang bungkem satu ekor beserta perlengkapannya bertempat di Catuspata persimpangan.
- Tingkat Kecamatan bernama Upacara Panca Sanak
Upacara Panca Sanak mempergunakan lima ekor ayam/lima warna sesuai nama pengideran ditambah satu ekor itik belang kalung beserta perlengkapannya.
Pelaksanaan upacara Panca Sanak bertempat di Catuspata/persimpangan.
- Tingkat Desa disebut Panca Sata
Pada upacara Panca Sata mempergunakan lima ekor ayam sesuai dengan nama pengideran beserta perlengkapanya.
Pelaksanaan Panca Sata bertempat di jaba depan Pura Bale Agung atau Pure Desa.
- Tingkat Banjar disebut Ekasata
Upacara Ekasata menggunakan seekor ayam brumbun diolah menjadi 33 tanding (33 urip bhuana) genap dengan perlengkapannya.
Tempat pelaksanaan upacara Ekasata dilakukan di depan Balai Banjar.
- Di rumah umat masing-masing, terutama di Merajan menghaturkan peras ajuman, daksina, ketupat kelanan, canang lengewangi, burat wangi, nunas tirtha, dan bija beras kuning.
Baca juga: Apa Itu Pawai Ogoh-ogoh yang Muncul Saat Perayaan Nyepi? Ini Arti dan Maknanya
3. Puncak Acara Nyepi
Pada hari Nyepi, suasana sekitar seperti mati, karena tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa.
Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" atau Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Selain itu, bagi yang mampu, juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Demikianlah pelaksanaan Nyepi, sehingga umat Hindu dapat memulai suatu halaman baru yang putih bersih.
Setiap orang yang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan Paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Baca juga: 4 Rangkaian Upacara Hari Raya Nyepi, Ngambak Geni: Sehari setelah Nyepi Umat Hindu Bersilaturahmi
4. Upacara Ngembak Geni
Setelah dilaksanakan ritual perayaan Nyepi, masih terdapat rangkaian acara yang dilakukan.
Ngembak Geni, menjadi upacara penutup setelah ritual Nyepi dilaksanakan dengan khidmat.
Pada ritual Ngembak Geni ini, biasanya masyarakat Bali akan saling berkunjung ke sanak saudara atau melakukan dharma shanti.
Penutup rangkaian nyepi ini menjadi pertanda untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih.
Para pemuda juga akan melakukan omed-omedan usai tradisi Ngembak Geni.
Festival ini dilakukan untuk mempererat keakraban antar umat Hindu.
Baca juga: Sejarah Hari Raya Nyepi Beserta Tradisi dan Makna Perayaannya
Fakta-fakta Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali
Masih mengutip laman Kemenparekraf, masyarakat Bali melakukan perayaan Nyepi selama 24 jam.
Dari pelaksanaan tradisi Nyepi di Bali tersebut terdapat sejumlah fakta sebagai berikut:
1. Menjadi Inspirasi World Silent Day
Pelaksanaan upacara perayaan Hari Raya Nyepi di bali berhasil menginspirasi terjadinya kampanye World Silent Day.
World Silent Day telah ditetapkan secara resmi oleh PBB setiap 21 Maret.
2. Mengurangi Global Warming
Dengan adanya perayaan Nyepi, dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Pasalnya selama perayaan Nyepi di Bali, Pulau Dewata tercatat berhasil menghemat listrik hingga 60 persen dibandingkan hari-hari biasa.
Selain baik untuk keseimbangan lingkungan, ritual Nyepi juga membuat Bali jadi lokasi yang tepat bagi wisatawan untuk melakukan refleksi diri.
(Tribunnews.com/Enggar Kusuma, Yunita Rahmayanti)