TRIBUNNEWS.COM - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, mendukung rencana pembangunan rumah Si Gale-Gale, serta Monumen/Tugu Raja Rumahorbo di Pulau Samosir, Sumatera Utara.
Dukungan ini sekaligus mendorong agar Kementerian Luar Negeri Indonesia serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bisa 'memulangkan' Si Gale-Gale perempuan yang saat ini tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Bahkan jika perlu, juga didukung Polri melalui kerja sama dengan Interpol.
"Setelah dipulangkan kembali ke Indonesia, Si Gale-Gale perempuan akan bisa bersanding kembali dengan Si Gale-Gale pria yang saat ini disimpan di Museum Wayang, Jakarta. Untuk kemudian keduanya ditempatkan di Rumah Si Gale-Gale yang akan dibangun di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Selain untuk melestarikan seni dan budaya masyarakat Batak, Rumah Si Gale-Gale juga dapat menjadi destinasi objek wisata budaya yang memberikan multiplier effect economy bagi masyarakat sekitar," ujar Bamsoet usai menghadiri Pesta Bona Taon Raja Rumahorbo Dohot Boru Se-Jabodetabek Tahun 2023, di Bekasi, Minggu (2/4/2023).
Turut hadir antara lain, Plt Walikota Bekasi Tri Adhianto, Ketua Umum Punguan Raja Rumahorbo Boruna se-Jabodetabek Kol. Parlin Rumahorbo, Ketua Panitia Pesta Bona Taon 2023 Punguan Raja Rumahorbo Dohot Boruna se-Jabodetabek Oster P. Rumahorbo, serta para tetua adat, penasehat, dan para tokoh adat masyarakat Batak.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, dalam Pesta Bona Taon Raja Rumahorbo Dohot Boru Se-Jabodetabek Tahun 2023 tersebut juga ditampilkan pertunjukan Si Gale-Gale pria yang dikendalikan langsung oleh generasi ketiga Raja Gayus Rumahorbo yang membuat Si Gale-Gale.
Menurut kisah turun temurun di keluarga Raja Rumahorbo, Si Gale Gale dibuat sekitar tahun 1870-an. Sekitar tahun 1937, Si Gale-Gale perempuan dibawa oleh pemerintah kolonial ke Belanda. Sejak saat itu, Si Gale Gale pria 'kesepian'.
"Kisah pembuatan Si Gale-Gale sarat nilai sejarah. Si Gale-Gale merupakan cerminan Manggale, putra tunggal Raja Rahat yang meninggal dunia di medan perang. Untuk menghibur sang raja yang sedih, keluarga kerajaan melalui Raja Gayus Rumahorbo membuat patung Si Gale Gale yang bisa menari, untuk menggantikan sosok Manggale. Ketika Si Gale-Gale dipertunjukan, Raja sangat terhibur, karena ia seperti melihat anaknya sendiri, Manggale yang menari," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menerangkan, pengembalian warisan budaya Nusantara yang berada di luar negeri, seperti Si Gale Gale perempuan di Belanda dan berbagai benda bersejarah lainnya di berbagai negara, memiliki makna penting. Warisan budaya Nusantara tersebut tidak hanya menjadi simbol yang merepresentasikan jati diri dan kepribadian bangsa, tetapi juga mewariskan suasana kebatinan dan referensi kesejarahan, beserta akar budaya dan nilai-nilai tradisi yang menyertainya.
"Simbolisasi budaya dalam karya nyata menjadi penting, serta harus dijaga dan dipelihara, sebagai referensi yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Kita dapat belajar dari sejarah, bahwa begitu banyak warisan budaya dunia yang rusak atau hancur, atau bahkan hilang dan punah, justru karena ulah manusia sendiri yang tidak mau merawat dan melestarikannya," pungkas Bamsoet. (*)