Dikutip dari Aljazeera, selama penyerangan tersebut, 12 warga Palestina terluka akibat tembakan peluru karet dan pemukulan oleh polisi Israel.
Baca juga: Reaksi Dunia terhadap Serangan Israel di Masjid Al Aqsa, Turki Mengecam hingga Sebut Lampaui Batas
Bahkan, polisi Israel juga melarang medis untuk menolong warga Palestina yang terluka tersebut.
Berdasarkan salah satu video yang direkam oleh warga Palestina, terdengar pula teriakan perempuan saat polisi Israel menyerang.
Menanggapi serangan tersebut, pemimpin Palestinian Islamic Jihad, Ziyad al-Nakhala mengungkapkan agar warga Palestina harus menyiapkan diri ketika adanya konfrontasi serupa pada kemudian hari.
Sementara Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh mengungkapkan serangan terhadap warga Palestina di Masjid Al-Aqsa adalah tindakan kriminal yang tidak dapat ditoleransi.
"Apa yang terjadi di Yerusalem adalah kriminal terhadap umat. Berdoa di Masjid Al-Aqsa tidak perlu seizin Israel tetapi itu adalah hak kami."
"Al-Aqsa adalah untuk warga Palestina dan seluruh warga Arab dan Muslim, serta penyerangan tersebut adalah bentuk revolusi perlawanan atas kependudukan (Israel -red)," tegasnya.
Baca juga: Bentrokan Warga Palestina dan Polisi Israel di Masjid Al Aqsa Yerusalem Saat Ramadan
Terpisah, polisi Israel berdalih penyerangan terjadi lantaran adanya pelemparan kembang api hingga batu ke dalam Masjid Al-Aqsa oleh sekelompok orang.
"Ketika polisi masuk, batu dilemparkan kepada mereka (warga Palestina) dan kembang api ditembakan dari dalam masjid oleh sekelompok orang," ujar salah satu anggota polisi Israel yang juga terluka di kakinya.
Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan pihaknya masih mencoba untuk meredakan situasi di Masjid Al-Aqsa.
"Israel berkomitmen untuk mendukung kebebasan beribadah, kebebasan akses ke semua agama dan status quo dengan tidak akan membiarkan ekstremis kekerasan mengubahnya," katanya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)