Dalam survei LSI Denny JA, ada tiga alasan publik yang pro-Pancasila menurun. Pertama, kesenjangan ekonomi semakin tinggi dalam masyarakat.
Kedua, paham alternatif semakin digaungkan di luar Pancasila. Intensifnya paham alternatif di luar Pancasila mampu menarik, terutama warga muslim. Ketiga, tidak tersosialisasi dari masyarakat kepada masyarakat.
Kemudian, menurunnya pro-Pancasila juga terasa di berbagai segmen, seperti warga penghasilan rendah. Publik yang berpenghasilan di bawah Rp1 juta yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 91,8 persen, pada 2010 mencapai 85,7 persen, pada 2015 mencapai 79,1 persen, dan pada 2018 mencapai 69,1 persen.
Sedangkan, publik yang berpenghasilan di atas Rp3 juta yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 77,8 persen, pada 2010 sebesar 76,8 persen, pada 2015 mencapai 76,6 persen, dan pada 2018 mencapai 76,4 persen.
Untuk warga Muslim yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 85,6 persen, pada 2010 mencapai 81,8 persen, pada 2015 mencapai 79,1 persen, dan pada 2018 sebesar 74 persen.
Sedangkan agama lainnya, Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha, yang pro-Pancasila, sangat stabil dengan angka 82,8 persen.
Menurunnya angka warga pro-Pancasila merata di level pendidikan. Lulusan di bawah SD pada 2005 mencapai 86,5 persen, pada 2010 mencapai 83,1 persen, pada 2015 mencapai 80,1 persen, dan pada 2018 mencapai 76,3 persen.
Sedangkan lulusan SLTP yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 84,7 persen, pada 2010 sebesar 81,3 persen, pada 2015 mencapai 80,0 persen, dan pada 2018 sebesar 76,5 persen.
Untuk lulusan SMA, yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 83,3 persen, pada 2010 mencapai 80,1 persen, pada 2015 mencapai 78,4 persen, dan pada 2018 sebesar 74,0 persen.
Sedangkan, yang pernah kuliah atau di atasnya yang pro-Pancasila tahun 2005 mencapai 82,2 persen hingga 2018 mengalami penurunan menjadi 72,8 persen.
Baca juga: Beri Pemahaman Soal Perilaku Pemilih, LSI Denny JA Buka Kelas Mini MBA
Denny JA mengatakan, sekecil apapun upayanya, pihaknya mengajak untuk menghidupkan kembali pesan pentingnya Pancasila sebagai ideologi pengikat menjaga keberagaman Indonesia.
“Di hari Pancasila, kita merenungkan kembali. Pancasila ikut menjadi roadmap yang mengantarkan negara mayoritas penduduk Islam di Indonesia bisa bertransisi ke demokrasi. Sementara di negara mayoritas Muslim lainnya, lebih tertatih dan sulit bertransisi menuju demokrasi,” terang Denny JA.