Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri meminta TNI bisa mengorganisasi rakyat demi memperkuat pertahanan negara.
Karena, menurut Megawati hal itu penting mengingat Indonesia merupakan negara maritim.
Megawati pun mengisahkan bagaimana Kuba bisa mempertahankan kedaulatannya dalam peristiwa Penyerangan Teluk Babi.
Kala itu, angkatan bersenjata Kuba ternyata mengorganisasi rakyat apabila terjadi sesuatu.
Megawati menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara peresmian dan pengukuhan Komandan KRI Bung Karno-369 di Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Kamis (1/6/2023).
"Itu sudah terorganisasi. Jadi, tidak menghitung waktu. Pendaratan dari laut, Teluk Babi. Padahal jam 05.00 pagi sana, nelayan mau pulang. Ketika ada yang melihat keanehan, rupanya cara mengorganisir di sana adalah simpul-simpul dari masyarakat," kata Megawati.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan ini mengatakan ada pemimpin yang bisa bisa di Indonesia seperti RT, yang yang mengoordinasikan rakyat secara darurat.
Karena Teluk Kuba daerah pesisir, maka yang tinggal di sana mayoritas nelayan.
"Ini yang cerita Ketua MPR Kuba. Yang boleh mengeluarkan senjata itu RT kalau di kita. Langsung dikeluarkan dan diserang kembali. Pertahankan sampai bantuan datang. Saya dengar begitu saja, kok, rasanya senang banget. Jadi enggak gagap gugup. Lari semua, gagal," ungkap Megawati.
Oleh karena itu, menurut Megawati, konsep pertahanan seperti itu pun pernah dilakukan rakyat bersama angkatan bersentara Indonesia melawan penjajah, yaitu strategi perang gerilya.
Baca juga: Resmikan KRI Bung Karno-369, Megawati Tantang Panglima TNI Perbanyak Alutsista Buatan Anak Negeri
"Saya mengusulkan yang namanya strategi perang gerilya tetap harus harus kurikulum. Kalau ndak, saya mau protes. Karena hanya dengan bambu runcing saja berapa yang mati," kata Megawati.
Panglima TNI Yudo pun merespons dengan mengatakan masih masuk dalam kurikulum.
Megawati menyebut hampir banyak negara melakukan perjuangan dengan korban rakyatnya masing-masing demi mempertahankan kedaulatan negara.
Ketua Dewan Pengarah Badan Ideologi Pancasila (BPIP) itu juga mencontohkan di Rusia.
Megawati pernah mengunjungi Taman Makam Pahlawan di Rusia yang menjadi tempat persemaian korban Perang Dunia II.
"Saya masuk ke Taman Pahlawan, tidak ada nisan. Lalu saya tanya di manakah makamnya? Di tempat berjalan tadi, itu semuanya adalah makam. Karena waktu itu Leningrad korban waktu itu sampai 100 ribuan hanya untuk mempertahankan," jelas Megawati. (*)