News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rakernas III PDI Perjuangan

Ganjar Jadi Capres 2024 dari PDIP, Butet: Bukti Level Megawati Sekelas Makrifat Politik

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa bersama Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan seniman Jogja Sri Krishna Encik di sela-sela acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDIP, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (7/6/2023).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa, menyebut sikap- sikap politik yang telah ditunjukkan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, bukanlah level atau pada tataran politisi pada umumnya.

Menurut Butet, kiprah dan sepak terjang Megawati termasuk pemikirannya, sudah jauh melangkah ke depan agar nasib bangsa dan generasi selanjutnya bisa melompat lebih maju.

Hal itu disampaikan Butet di sela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDIP, Gedung Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (7/6/2023).

"Menurut saya ini ya, Bu. Kayaknya ini bukan sekadar politisi Ibu Megawati ini. Tapi, sudah makrifat politik. Makrifat politik itu levelnya negarawan kira-kira begitu," kata Butet.

"Kalau negarawan kelasnya ini pasti bukan transaksional," sambung Butet.

Kehadiran Butet diketahui untuk mendampingi karibnya sesama seniman asal Yogyakarta, Sri Krishna Encik, untuk mengenalkan lagu 'Njar Ji, Njar Beh,'. 

Lagu tersebut merupakan dukungan kepada calon presiden yang diusung oleh PDIP, Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Lebih lanjut, Butet juga mengulas tentang level makrifat politik Megawati semasa Pemilu 2014. Kebijaksanaan Megawati itu pula berlanjut hingga saat ini, ketika Ganjar diusung menjadi Calon Presiden dari PDIP.

"Nyatanya ya saya menyampaikan satu bukti yang saya apresiasi. Tahun 2014 misalnya, kalau saja Ibu Megawati ini memanjakan ego politiknya, saat itu Ibu maju sendiri itu jadi Presiden. Tapi tidak, Ibu menugasi Pak Jokowi sebagai kadernya," ungkap Butet.

"Tahun ini kalau saja, masih juga egosentris dan belum level makrifat tentu mungkin Mbak Puan yang dipaksakan. Tapi, akhirnya kemarin kita lihat tanggal 21 April itu, Ganjar yang ditugasi oleh Ibu Megawati untuk menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya," papar dia.

"Mosok kayak begitu transaksional, wong Ganjar neng kere," Butet menambahkan.

Butet juga merasa terhormat lantaran tulisannya di Opini Harian Kompas bertajuk 'Pesan Punakawan' dibaca dan diapresiasi oleh Megawati. 

Bahkan Megawati menginstruksikan kepada seluruh kadernya untuk membaca tulisan Butet. Intisari dari tulisan itu, kata Butet, menggambarkan seorang punakawan - tokoh pewayangan Jawa- agar 'ojo dumeh', dan 'ojo muntal negoro'.

Baca juga: Kala Megawati Tergelak Tawa Dinyanyikan Lagu Jarji Jarbeh di Sekolah Partai: Mega Siji, Mega Kabeh

"Di dalam tulisan saya itu kawan-kawan, saya menerangkan tentang kearifan kebudayaan dari masyarakat kecil yang menggambarkan punakawan yang selalu mengingatkan ksatria, ketika ksatria itu lengah. Salah satunya mengingatkan supaya 'Ksatria jangan mentang - mentang; ojo dumeh. Jangan milik..., kekuasaan membuat lupa. Jangan muntal negara. Muntal itu makan, nelan negara," jelas Butet.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini