News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

FPCI akan Desak Pemerintah Masukan Kurikulum Iklim ke Sekolah

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi murid Sekolah Dasar (SD) - FPCI akan desak pemerintah masukan kurikulum iklim ke sekolah.

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) akan mendorong pemerintah untuk memasukan kurikulum tentang iklim masuk dalam pembelajaran anak-anak di sekolah.

Ketua FPCI, Dino Patti Djalal melihat adanya kebutuhan mendesak agar tumbuh kesadaran sedini mungkin pada anak-anak Indonesia akan dampak perubahan iklim.

"Pak Luhut, pernah bilang sama saya, yang paling nyinyir kepada saya tentang masalah iklim itu cucu saya," ujar Dino di konferensi pers Indonesia Net Zero Summit 2023, di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (21/6/2023).

Ia mengakui generasi mudalah yang paling berani untuk membuat perubahan dan lebih mengerti pentingnya pendidikan iklim.

Oleh karena itu kurikulum sekolah tentang iklim menjadi penting.

Baca juga: Kondisi Wilayah Indonesia: Letak dan Luas, Cuaca dan Iklim, Kondisi Geologis

Tidak seperti di kurikulum berbasis internasional, perubahan iklim bahkan tidak dibahas dalam kurikulum nasional.

Jika adapun, hal itu tidak dibahas secara menyeluruh atau mendalam bahayanya dampak perubahan iklim bagi masa depan anak bangsa.

Padahal ada kekhawatiran dari anak muda Indonesia akan masa depan akibat perubahan iklim.

"Kita sebagai anak SMA nasional biasa belum pernah menemukan yang namanya mendalami krisis iklim. Mungkin kita perlu mendesak itu kepada pemerintah, kemudian kita perlu, kalau memang tidak ada di sekolah di mulai dari lembaga kebudayaan kita," kata Rivani dari Koprol Iklim.

"Kita sebagai pemuda bisa memberikan rekomendasi kepada Kemendikbud untuk dijadikan sebuah kurikulum," lanjutnya.

Dunia telah menghangat rata-rata hampir 1,2 C sejak pertengahan 1800-an, melepaskan serangkaian cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas yang lebih intens, kekeringan yang lebih parah, dan badai yang menjadi lebih ganas oleh naiknya permukaan air laut.

Yang paling terpukul adalah orang-orang yang paling rentan dan negara-negara termiskin di dunia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini