TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan teknologi dalam memperoleh informasi dan memfasilitasi komunikasi melalui internet memiliki dampak yang signifikan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun aktivitas politik di seluruh dunia.
Banyak aspek kehidupan politik yang dipengaruhi oleh penggunaan internet.
Sebab itu, kematangan emosional masyarakat Indonesia khususnya generasi muda diharapkan mampu meredam berkembangnya politik identitas bernada negatif jelang Pemilu 2024.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Sekolah Ilmu Politik dan Komunikasi bertajuk "Manfaat Politik Identitas Bagi Elektoral".
"Isu politik terkait identitas yang diselimuti oleh provokasi dan kebencian di media sosial tidak menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan pada pemilu 2024 mendatang," kata Meutya dalam keterangannya, Rabu (5/7/2023).
"Jangan sampai penyelenggaraan pemilu terus menunjukkan polarisasi dan perpecahan di tengah lapisan sosial masyarakat Indonesia," imbuhnya.
Baca juga: Survei LPI Sebut PDI Perjuangan Partai Paling Nasionalis, Tegas Tolak Politik Identitas
Sementara itu, Ketua DPP Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya mengatakan, bahwa politik identitas merupakan hal yang positif.
"Politik identitas dapat menjadi hal yang sangat positif jika digunakan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa," ujarnya.
Mustofa menegaskan bahwa agama dan politik seharusnya tak terpisahkan.
Oleh karena itu, sebagai partai politik yang mengedepankan nilai-nilai Islam, mereka akan membuat semua program dan tindakan mereka berdasarkan syariat Islam.
"Sesuai Pancasila sila pertama, tanpa agama politik akan kehilangan arah," ucapnya.
Di sisi lain, Ketua DPP PKB Luluk Hamidah menjelaskan bahwa politik identitas dapat menimbulkan peperangan dan perpecahan karena menggunakan simbol-simbol identitas ditengah keberagaman Indonesia.
“Politisi identitas sebenarnya tidak bahaya, selagi menggunakan hal-hal yang menyesatkan dan tidak berbalut ujaran kebencian. Namun kerap kali politisi identitas melahirkan peperangan dan diskriminasi," ujarnya.
Pemilih yang tidak rasional akan terus bermunculan apabila politik identitas yang dibalut dengan kebencian terus digunakan sebagai senjata dalam berpolitik.
Sebab itu, Luluk Hamidah mengingatkan para masyarakat untuk berhati-hati.
"Kita harus bisa hati-hati dalam menempatkan politik, anak-anak muda perlu politik yang sehat, dan gembira, perlu politik yang memiliki kebersamaan tanpa merasa asing satu sama lain," pungkasnya.