TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut bahwa para calon pengantin adalah sasaran strategis dalam upaya pencegahan stunting dari hulu.
Bukan tanpa alasan, pasalnya dijelaskan Hasto lantaran para calon pengantin adalah pasangan yang akan membangun sebuah keluarga dan melahirkan keturunan.
"Tanpa pemahaman yang baik soal kehidupan berkeluarga dan pencegahan stunting, maka risiko anak lahir dengan stunting tinggi," ujar Hasto dalam keterangannya dikutip, Kamis (6/7/2023).
Selain itu, Hasto juga menuturkan, bahwa calon pengantin mesti mengetahui perihal bahwa penyakit anemia bisa beresiko tinggi melahirkan anak stunting.
Adapun hal itu diketahui usai dirinya mentutip dari kajian ilmiah kedokteran yang menunjukkan bahwa kelahiran bayi stunting sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik sang ibu.
"Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh faktor orangtua, terutama ibu. Seperti usia terlalu muda, anemia, dan kekurangan energi kronis yang dapat dilihat dari indeks massa tubuh dan lingkar lengan atas,” kata Hasto.
“Perempuan yang hamil di usia muda memiliki potensi yang tinggi melahirkan anak stunting. Begitupun perempuan yang hamil dalam kondisi anemia dan kekurangan energi kronis," sambungnya.
Oleh karena itu, menurutnya guna meningkatkan pemahaman remaja dan catin soal penyiapan kehidupan berkeluarga dan pencegahan stunting sangat diperlukan.
Baca juga: Berhasil Turunkan Angka Stunting dan Kemiskinan, Pemkot Surabaya Raih Penghargaan MKK dari BKKBN
“Sehingga mereka menikah di usia yang ideal, memiliki status gizi dan kesehatan yang ideal, dan tidak anemia", ucap Hasto.