TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Kementerian Pertanian (Kementan), Nuryani Zainudin mengatakan selepas kejadian kasus antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pihaknya langsung melakukan penelusuran dan investasi.
Ini sebagai upaya melihat sejauh mana wilayah pada daerah Gunungkidul yang sudah terinfeksi.
Pasalnya penyebaran antraks bisa melalui tanah dengan membentuk spora atau 'penyakit tanah' yang bisa bertahan puluhan tahun.
Investigasi yang dilakukan yakni pengambilan sampel lingkungan hingga wawancara para peternak di wilayah tertular dan terancam.
"Investigasi dan penelusuran kasus pada ternak, sejauh mana wilayah daerah di Gunungkidul tersebut yang sudah terinfeksi."
"Karena mudah menyebar di tanah."
"Sehingga penyebaran itu harus kita telusuri kemana saja dengan pengambilan sampel lingkungan, wawancara ke peternak dan lain sebagainya," kata Nuryani dalam konferensi pers, Kamis (6/7/2023).
Selain itu, Kementan juga melakukan penyuntikan antibiotik kepada ratusan hewan rentan di daerah tertular, kemudian dilanjutkan ke daerah terancam.
Total ada 78 sapi dan 286 kambing atau domba yang dilakukan penyuntikan antibiotik, guna menghindari hewan sehat dari penularan infeksi.
"Kami sudah melakukan penyuntikan di 78 sapi dan 286 kambing atau domba pada daerah rentan untuk menghindari adanya infeksi kepada ternak yang masih sehat," ungkapnya.
Vaksinasi hewan ternak juga dilakukan pada daerah tertular dan daerah terancam sekelilingnya. Kemudian dekontaminasi dengan desinfeksi kuat (formalin) pada lokasi penyembelihan dan penguburan ternak.
Kementan juga memberikan logistik berupa obat-obatan antibiotik, vitamin, dan desinfektan kepada dinas untuk penanganan kasus.
"Karena perlu dilakukan desinfeksi besar-besaran di wilayah tertular untuk mencegah kontaminasi spora pada tanah," katanya.
Sebelumnya sebanyak 85 warga di Dusun Jati, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta positif antraks. Dari jumlah tersebut, 18 dari 85 orang yang positif memperlihatkan gejala. Mereka diketahui ikut menyembelih hewan kurban.
Peristiwa ini bisa terjadi lantaran ada kasus kematian hewan karena sakit dan kemudian masyarakat berkontak dengan daging dari sapi yang sakit tersebut.
Dilaporkan ada 3 warga Gunung Kidul yang meninggal karena penyakit yang bersumber dari hewan itu. Ketiganya merupakan warga dari Semanu, meninggal karena mengkonsumsi daging sapi yang mati atau tidak sehat.
"Ada tiga yang meninggal, kami koordinasi suda dengan dinas kesehatan dan dinas peternakan untuk melakukan tindaklanjut antraks ini," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu.(Tribunnews.com/Danang Triatmojo)