TRIBUNNEWS.com - Ayah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage, Y Pandi, mengungkapkan sang anak sempat melakukan video call dengan keluarga dan kekasih 40 menit sebelum tewas tertembak.
Y Pandi mengaku video call dengan Bripda Ignatius terjadi pada Sabtu (22/7/2023) pukul 20.00 WIB.
Setelahnya, video call itu berlanjut hingga pada kakak Bripda Ignatius dan kekasihnya yang berada di Pontianak.
Menurut Y Pandi, video call Bripda Ignatius dengan keluarga kekasihnya berlangsung hingga Minggu (23/7/2023) dini hari.
"Kami ada komunikasi jam 08.00 (malam). Kami masih video call. Sampai kepada kakaknya juga, pacarnya juga."
Baca juga: Kejanggalan Tewasnya Bripda Ignatius: Mabes Polri Sebut Sakit Keras, tapi Sempat Video Call Keluarga
"Kami sampai jam 01.00 (dini hari). Ceweknya di Pontianak," ungkap Y Pandi saat ditemui di kediamannya di Desa Paal, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Kamis (27/7/2023), dikutip dari TribunPontianak.com.
Merujuk pernyataan Karo Penmsa Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, soal waktu kematian Bripda Ignatius, berarti video call korban dengan keluarga berakhir 40 menit sebelum tewas tertembak.
Diketahui, Bripda Ignatius tewas tertembak pada Minggu dini hari pukul 01.40 WIB, di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
"Pada hari Minggu dini hari tanggal 23 Juli 2023 pukul 01.40 WIB bertempat di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, telah terjadi peristiwa tindak pidana karena kelalaian mengakibatkan matinya orang, yaitu atas nama Bripda IDF," ungkap Ahmad Ramadhan di hadapan awak media, Selasa (25/7/2023).
Terkait penyebab tewasnya Bripda Ignatius, disebutkan akibat adanya pertengkaran dengan senior hingga terjadi insiden penembakan.
Namun, kabar itu dibantah langsung oleh Jubir Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar.
Sebagai informasi, Bripda Ignatius bertugas sebagai anggota Densus 88.
"Tidak benar ada penembakan. Tidak ada (pertengkaran)," kat Aswin dalam keterangannya, Kamis, dilansir Wartakotalive.com.
Lebih lanjut, Aswin menjelaskan Bripda Ignatius tewas tertembak karena kelalaian seniornya yang sama-sama anggota Densus 88.
Aswin menuturkan, Bripda Ignatius tertembak saat seniornya mengeluarkan senjata api (senpi) dari dalam tas.
Nahas, senpi itu kemudian meletus dan mengenai Bripda Ignatius.
"Peristiwanya adalah kelalaian, pada saat mengeluarkan senjata dari tas, sehingga senjata meletus dan mengenai anggota lain di depannya," kata Aswin.
Baca juga: Video Call Terakhir Bripda Ignatius sebelum Tewas Tertembak, Komunikasi dengan Keluarga dan Kekasih
2 Senior Bripda Ignatius Diamankan
Dua senior Bripda Ignatius, Bripda IMS dan Bripka IG, diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tewasnya anggota Densus 88 asal Melawi itu.
Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan pihaknya tak akan memberi toleransi terhadap oknum yang melanggar aturan.
Hal ini terkait kelalaian yang diduga dilakukan Bripda IMS dan Bripka IG hingga menyebabkan Bripda Ignatuius tewas.
"Terhadap tersangka yaitu Sdr. Bripda IMS dan Sdr. Bripka IG telah diamankan untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa tersebut," jelasnya, Selasa.
"Yang pasti Polri tidak akan memberikan toleransi kepada oknum yang melanggar ketentuan atau perundangan yang berlaku," ujarnya.
Saat ini, kasus Bripda Ignatius telah ditagani oleh Densus 88 dan Polres Bogor.
Terkait pengembangan penyelidikan, Kombes Aswin Siregar mengatakan akan disampaikan oleh penyidik.
"Permasalahannya sedang ditangani bersama oleh Densus dan Polres Bogor."
"Nanti penyidik Polres dan Densus akan mengupdate perkembangannya," katanya, Kamis.
Kronologi Tewasnya Bripda Ignatius Menurut Keluarga
Berbeda dari keterangan polisi, keluarga Bripda Ignatius mengatakan penyebab anak mereka tewas lantaran terlibat cekcok dengan senior.
Ayah Bripda Ignatius, Y Pandi, mengatakan sebelum sang anak tewas, ia didatangi oleh tiga senior dalam kondisi mabuk.
Pandi mengaku memperoleh informasi tersebut dari penyidik Densus 88 saat ia berada di Jakarta.
Baca juga: Dugaan Bripda Ignatius Dibunuh, Keluarga: Direncanakan Matang oleh Senior dan Rekan di Densus 88
"Penyidik dari Densus 88, mereka mengatakan bahwa awalnya anak saya ini didatangi oleh seniornya itu tadi."
"Dari keterangan tim penyidik itu sebenarnya didatangi tiga orang tapi saya nggak tau kenapa jadi dua orang (tersangka)," kata Y Pandi, dikutip Tribunnews.com dari YouTube KompasTV.
"Yang jelas pada saat kejadian itu, mereka tiga ini dalam kondisi mabuk," lanjutnya.
Pandi menambahkan, kedatangan tiga senior itu adalah untuk menawarkan bisnis senpi ilegal kepada Bripda Ignatius.
Namun, karena Bripda Ignatius menolak, ia kemudian terlibat cekcok dengan seniornya hingga berakhir tertembak.
"Ada semacam bisnis senpi dengan seniornya ini, tapi anak saya barangkali ini ditawari."
"Karena anak saya tahu barang itu ilegal, sSehingga apa yang terjadi di situ jadi cekcok hingga anak saya jadi korban," urai Y Pandi.
Terkait senpi yang digunakan menembak Bripda Ignatius, Y Pandi mengatakan senjata itu diambil dari tas pelaku.
"Tidak lama kemudian si pelaku mengambil senpi di tasnya dan meledak lalu mengenai leher anak saya lalu tembus ke telinga, lalu tembus ke dinding lagi," tandas dia.
Diberi Tahu Bripda Ignatius Sakit Keras
Saat diinformasikan mengenai kondisi anaknya, Y Pandi mengaku ia diberi tahu bahwa Bripda Ignatius sakit keras.
Hal ini diketahui Y Pandi saat menerima telepon dari Mabes Polri pada Minggu (23/7/2023) pagi.
Menurut Y Pandi, panggilan telepon itu mengatakan Bripda Ignatius sedang berada di ICU RS Polri Kramat Jati.
Sempat mengira hoaks, Pandi baru percaya saat ia menerima telepon dari Polres Melawi.
Baca juga: Bripda Ignatius Tewas Tertembak, Berawal dari Ajakan Bripda IMS untuk Bertemu pada Sabtu Malam
"Awalnya nggak percaya hoaks, tapi kami ditelepon lagi oleh Polres Melawi untuk memberitahukan bahwa anak bapak ibu yang bernama Rico sedang sakit keras dan berada sekarang berada di rumah sakit Polri Kramat Jati di ruangan ICU," beber Pandi.
Saat menerima kabar itu, Pandi dan istrinya diminta terbang ke Jakarta untuk melihat kondisi Bripda Ignatius.
Diketahui, keberangkatan mereka dari Melawi ke Jakarta pada Senin (24/7/2023), ditanggung oleh Polda Kalbar.
Mereka baru mengetahui Bripda Ignatius tewas tertembak saat tiba di RS Polri Kramat Jati.
"Ketika tiba langsung ke RS Polri Kramat Jati dan barulah kemudian diberitau bahwa anak kami meninggal dunia," pungkas Pandi.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Abdi Ryand Shakti/Milani Resti Dilanggi/Rina Ayu Panca Rini, TribunPontianak.com/Agus Pujianto, Wartakotalive.com/Ramadhan LQ)