Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak hanya dilakukan di sektor tambang, sektor digital juga harus dihilirisasi sehingga Indonesia mampu membuat inovasi produk digital sendiri.
Hilirisasi digital ini diperlukan agar mampu memberikan nilai tambah bagi bangsa Indonesia.
"Indonesia memiliki kue ekonomi yang besar, namun belum tentu kita yang menikmati," kata mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio saat media gathering Pijar Foundation: Menuju Masa Keemasan Indonesia di Tahun 2045 di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Melalui hilirisasi sektor digital, ia meyakini akan bisa memberikan dampak luar biasa ke bangsa dan akan bisa lebih maju.
"Jadi ini sama halnya dengan hilirasi nikel, jangan cuma menjadi konsumen. Coba ciptakan AI research sendiri di Indonesia," kata Wishnutama.
Selama ini Indonesia hanya menjadi sasaran konsumen dan dengan menciptakan inovasi produk digital akan meningkatkan nilai tambah.
Ditambahkan Komisaris Utama Telkomsel ini, saat ini digital platform berdampak besar di berbagai hal, termasuk dalam cara kita berkomunikasi dan menyerap informasi.
Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin besar potensinya sehingga probabilitas kesuksesan akan semakin meningkat.
"Salah satu cara terpenting untuk menyiapkan talent untuk masa depan, yaitu dengan pendidikan," kata anggota Dewan Penyantun Pijar Foundation.
CEO Jejak.in Arfan Arlanda menyampaikan, untuk mencapai Indonesia maju 2045, tidak boleh hanya mengikuti trend, namun harus fokus untuk menyelesaikan masalah yang benar-benar ada dan krusial serta berkolaborasi dengan pihak yang tepat, sehingga masalah bisa diselesaikan secara tepat juga.
Bos startup yang berfokus pada platform untuk menghitung jejak karbon ini, berdasarkan pengalaman membangun platform itu, ia menyadari tidak ada perusahaan Indonesia bahkan global yang membicarakan tentang karbon.
"Melalui diskusi dan realita di lapangan, terlalu banyak perusahaan yang fokus pada CSR namun tidak mencakup ruang lingkup ESG.
Baca juga: Ahli: Digitalisasi UMKM Dukung Perubahan Hidup Modern
Seperti halnya hanya sebatas seremonial menanam pohon, mencangkul, foto kemudian pulang namun tidak memikirkan dampak nyata kedepannya," katanya.
Executive Director Pijar Foundation, Ferro Ferizka mengungkapkan, pihaknya mempunyai cita-cita untuk turut mewujudkan masa keemasan Indonesia di 2045 yakni melalui tiga pilar utama kami yaitu inovasi, talenta, dan kebijakan.
"Ketiganya tidak bisa terlepas satu sama lain dan harus bergerak bersama serta selaras untuk mencapai Indonesia maju," katanya.
Selain itu, dirinya meyakini kolaborasi adalah kunci, dan kami tidak mungkin melakukan ini sendiri karena kami tahu Indonesia tidak kekurangan orang pintar dengan ide-idenya.
Sebagai langkah untuk mewujudkan cita-cita Indonesia 2045, Pijar Foundation telah meluncurkan tiga program tetap pada bidang edukasi, inovasi, dan kebijakan, yakni: Future Skills, Global Future X (GFX) dan Lestari.
"Future Skills, sebuah program edukasi dan upskilling online kolaborasi dengan mitra dari berbagai sektor seperti perusahaan, startup, NGO, hingga komunitas, melalui program-program di bawahnya seperti Future Skills for University yang memberikan dampak kepada 46.659 peserta dari 917 Universitas dan 92 mitra melalui 205 kelas," kata Ferro.
Program Executive Business School dengan jumlah 31 peserta c-level dari perusahaan teknologi dan telekomunikasi dan 13 orang mentor melalui 10 kelas asinkronus dan 5 kelas sinkronus.
Sedangkan Global Future X, melalui program-program di bawahnya yaitu Global Future Fellows (GFF) yang telah diadakan dua kali, terakhir pada Mei 2023 dengan tema Achieving Food Security amid Global Tensions yang menghasilkan 14 ide dari kolaborasi yang diinisiasi sendiri oleh fellows terkait public campaign, advokasi kebijakan, B2B partnership dan 1 white paper rekomendasi kebijakan.
Program Gerakan "Townhall Muda" di 24 kota yang pada 2023 saja sudah diadakan di 8 titik di Indonesia dan menghasilkan 8 forum, 8 proyek kolaborasi pemuda-pemuda, dengan lebih dari 1200 pemuda terlibat, 30 partner, dan menghasilkan sebuah dokumen Rekomendasi Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kab. Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Serta Program Policy Dialogue Series yang bertemakan peran Gen-Z dalam kebijakan publik/masa depan Indonesia dengan 80 lebih peserta dari Mahasiswa Fresh graduates, Job Seeker dan lebih dari 15 Awardee terpilih dari seluruh kampus di Indonesia.
Untuk Lestari, melalui program-program di bawahnya yaitu program inkubasi bisnis PLN Elevation yang mengembangkan 10 startup di bidang sustainability; Venture Factory for Scholars yang kini sedang berlangsung dan berhasil menggaet ratusan startup berbasis inovasi dan riset; serta kompetisi LPDP Business Competition dimana terdapat 3.500 partisipan yang membuat business plan.