Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Jarang terjadi, embun membeku seperti salju terjadi di Gunung Merbabu.
Fenomena itu tepatnya terjadi di pos 3 jalur pendakian gunung Merbabu via Suwanting, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Nurpana Sulaksono, mengatakan embun beku ini disebabkan kabut yang menempel pada dedaunan dan tumbuhan yang ada di gunung Merbabu.
Kabut yang menempel itu kemudian menjadi beku karena pengaruh suhu di sekitarnya.
"Kalau itu, mungkin ya dimungkinkan 0-5 derajat. Kalau udah embun itu sudah di bawah 5 derajat," katanya.
Baca juga: Peringatan Dini Besok 3 Agustus 2023, BMKG: 19 Wilayah Berpotensi Terjadi Cuaca Ekstrem
Embun beku ini hanya terjadi malam dini hari menjelang pagi.
"Kemudian nanti siang, (embun beku) sudah mulai mencair," tambahnya.
Dia menyebut tak semuanya wilayah gunung Merbabu terjadi fenomena embun beku ini.
Hanya wilayah tertentu dengan suhu rendah yang terjadi fenomena itu.
Seperti di daerah antara gunung Merapi -Merbabu.
"Kejadian (embun beku) ini kemudian tidak semuanya. Karena tergantung dari suhu sekitar. Jadi berbeda dengan yang wilayah Ampel (Boyolali), yang cenderung kena matahari langsung. Kalau yang di wilayah Suwanting (Magelang), Selo (Boyolali) ini kan memang yang di area-area tangkapan awan," kata Nurpana Sulaksono.
Kemunculan embun beku ini dipengaruhi oleh suhu di sekitarnya sehingga belum tentu semua wilayah di kawasan puncak merbabu, bisa muncul embun beku.
Dia menyebut embun beku ini bukan fenomena yang baru di gunung Merbabu.
Dalam catatan sejarah gunung Merbabu, sejak zaman kolonial Belanda, fenomena embun beku ini sudah ada.
"Dalam satu tulisan masa lalu jaman Belanda itu, sudah dijumpai embun beku di gunung Merbabu," terang.
Embun beku ini biasa terjadi saat puncak musim kemarau.
Dimana, saat siang hari suhu tinggi, namun saat malam hari suhunya menjadi rendah.
"Seperti saat ini. Bulan Agustus, September. Pas musim dingin. Tapi kalau musim penghujan itu kandungan airnya banyak, dia (kabut ) akan mencair, tidak akan menjadi embun," tambahnya
Meski terjadi fenomena ini, namun Merbabu masih aman untuk kegiatan pendakian.
Sebab, pendaki dibekali dengan alat-alat pendakian yang bisa menghangatkan tubuh.
"Karena pendaki dilengkapi dengan tenda. (Karena aktivitas perjalanan ) Suhu tubuhnya juga tinggi. Insyaallah aman kalau untuk pendaki," pungkasnya.
Gelombang Panas Landa Bumi
Sementara itu, fenomena gelombang panas terjadi di berbagai belahan bumi utara dan menimbulkan korban pada Juli 2023.
Pada tahun ini, gelombang panas tercatat terjadi di berbagai titik di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara sejak bulan April.
Gelombang panas juga menyebabkan kebakaran hutan hebat yang melanda berbagai negara, di antaranya adalah Yunani dan Aljazair.
Organisasi World Weather Attribution melaporkan, kematian terkait gelombang panas sepanjang 2023 tercatat di Amerika Serikat (AS), Meksiko, Spanyol, Aljazair, Siprus, Yunani, dan China.
Di Meksiko, lebih dari 200 orang tercatat meninggal dunia karena cuaca panas beberapa bulan belakangan. Sedangkan di Aljazair, puluhan tewas karena kebakaran hutan belakangan ini.
Para peneliti meningatkan bahwa kematian terkait gelombang panas rawan tak tercatat. Dampak dari gelombang panas umumnya baru diketahui hingga berbulan-bulan usai kejadian.
Contohnya, pada awal Juli lalu, para ahli baru mempublikasikan data kematian terkait gelombang panas antara Mei-September 2022.
Hasilnya, di Eropa, terdapat 61.672 tewas karena kondisi terkait cuaca panas ekstrem.
Selain menimbulkan kebakaran, cuaca panas ekstrem juga diasosiasikan dengan berbagai macam penyakit dan kondisi medis. Kondisi-kondisi ini baru bisa diketahui setelah data-data yang diperlukan terkumpul.
Para ilmuwan dari World Weather Attribution sendiri telah berkolaborasi mengukur data dan fakta gelombang panas di Amerika Utara, Eropa Selatan, dan China belakangan ini.