TRIBUNNEWS.COM - Halid Said (45) tak menyangka bahwa dirinya harus menjalani proses operasi yang memerlukan biaya cukup besar. Namun, pria yang bertempat tinggal di Kota Tual ini mengaku bersyukur karena telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak 2014, pada segmen Pekerja Penerima Upah (PPU).
“Awalnya dokter mendiagnosis saya mengalami penyakit Hernia Nukleus Pulposus (HNP), lalu saya memeriksakan diri ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terdaftar, yaitu Puskesmas Ngadi. Rupanya, setelah dokter memeriksa, saya diharuskan untuk mendapat perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit Umum Daerah Maren Hi Noho Renuat,” ungkap Halid.
Sayangnya, karena keterbatasan dokter spesialis dan sarana prasarana, Halid terpaksa harus dirujuk kembali ke rumah sakit yang lebih besar, yakni di Rumah Sakit Primaya Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
“Tak disangka, di RS Primaya Makassar, dokter menemukan bahwa ada benjolan pada tiroid saya. Karena kondisi tersebut, saya dirujuk ke dokter spesialis bedah tumor,” tutur Halid.
Baca juga: Mudah dan Efisien, BPJS Kesehatan Hadirkan Sistem Antrean Online Melalui Aplikasi Mobile JKN
Di RS Primaya Makassar ini, Halid mengaku dirinya sangat puas dengan pelayanan yang diberikan, baik dari segi sarana dan prasarana yang disediakan maupun tenaga medis yang memberikan pelayanan pada saat itu.
“Saat itu, dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter mengatakan bahwa saya harus dioperasi sehingga harus menjalani rawat inap di RS,” ujar Halid.
Halid mengaku dirinya mempunyai hak kelas rawat di Kelas I. Namun, karena kondisi kamar Kelas I saat itu sudah penuh, maka dirinya dialihkan untuk naik satu tingkat di atas hak kelasnya menjadi di Kelas VIP.
“Setelah dokter mengatakan untuk saya segera menjalani rawat inap, istri saya segera mengurus prosesnya ke bagian administrasi. Rupanya, di sana istri saya menyampaikan bahwa rawat inap untuk Kelas I sudah penuh, dan dialihkan ke kelas VIP.”
“Mendengar hal itu saya sempat merasa khawatir, jangan sampai ada selisih biaya yang harus dibayarkan setelahnya, karena mengingat harga di Kelas VIP itu begitu mahal. Namun, selama beberapa hari menjalani rawat inap di Kelas VIP, ternyata tidak ada selisih biaya yang ditagihkan dari RS kepada kami,” tambah Halid.
Baca juga: Berkat Program JKN yang Diselenggarakan BPJS Kesehatan, Ma Uning Tak Khawatir Biaya Persalinan
Meski kondisi kesehatannya mengharuskan pihaknya mengeluarkan biaya yang cukup besar, Halid merasa bersyukur karena semua tindakan medis dan biaya perawatan dijamin oleh Program JKN. Sebab, dirinya dan keluarga tidak terbebani dengan biaya saat sakit dan begitu merasakan manfaat dari Program JKN ini.
“Tidak ada biaya yang perlu dikeluarkan selama pelayanan di RS, semuanya ditanggung oleh Program JKN. Padahal biaya perawatan dan tindakan medis yang saya dapatkan ini berbiaya mahal jika dibayarkan sebagai pasien umum, mungkin bisa mencapai 150 juta untuk biaya pengobatan. Untuk itu saya sangat bersyukur sekali dan berterima kasih kepada Pemerintah dan BPJS Kesehatan yang telah menyelenggarakan Program JKN ini,” katanya.
Tak hanya itu, Halid mengaku proses perawatan yang dirinya jalani selama 9 hari tidak ada pembatasan hari dari pihak RS. Selama penyakit yang dialami belum selesai tertangani, maka dokter belum mengijinkan pasien untuk pulang.
“Semoga kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan seluruh daerah khususnya di Kota Tual dapat ditingkatkan lagi sehingga nantinya bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Kota Tual secara optimal,” harap Halid.
Halid mengakhiri perbincangan ini, dengan harapan untuk Program JKN agar tetap amanah dan terus berkelanjutan dalam memberikan perlindungan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia.
Baca juga: Cerita Perjuangan Aser Yawan yang Berhasil Sembuhkan Kanker Lewat Program JKN