News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polusi Udara di Jakarta

Viral Video Penampakan Langit di Jakarta Diselimuti Asap Hitam Disebut Polusi, BMKG Buka Suara

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potongan video yang memperlihatkan pemandangan dari atas pesawat di Jakarta diselimuti asap hitam diduga polusi viral di media sosial. Berikut penjelasan pihak BMKG.

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru beredar video yang memperlihatkan pemandangan dari atas pesawat di Jakarta.

Dalam video viral yang beredar, terlihat penampakan langit Jakarta yang diselimuti asap hitam.

Asap tersebut, dalam keterangan video merupakan polusi udara di Jakarta.

"Kaget banget lihat polusi di Jakarta, tebel banget asapnya. Penampakan Langit Jakarta dari pesawat, asap hitam tebal menyelimuti," suara dan tulisan di dalam video yang diunggah di akun Instagram @unikinfold.

Merespons hal tersebut, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun buka suara soal beredarnya video langit di Jakarta menghitam.

Menurut Kepala Layanan Pusat Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, tingginya tingkat polusi bisa dilihat dari warna awan yang menjadi kelabu, keabu-abuan.

Sena menjelaskan, kondisi awan yang seperti itu, lazimnya dikenal sebagai smog dan terjadi akhir-akhir ini.

Baca juga: Jokowi Batuk 4 Minggu Akibat Polusi Udara di Jakarta

Ia juga menambahkan, langit menghitam karena polusi yang tinggi disebabkan oleh emisi dari aktivitas manusia, seperti transportasi maupun industri.

"Seperti diberitakan beberapa hari ini di media," kata Sena kepada Kompas.com, Senin (14/8/2023).

"Biasanya Particulate Matter, Ozone (O3), dan NO2," lanjutnya.

Sebagai informasi, smog (asap kabut) merupakan koloid (aerosol) yang mengandung gas nitrogen dioksida (NO2) dan gas ozon (O3) yang berasal dari reaksi gas buang kendaraan bermotor dengan sinar matahari, dikutip dari Lapan.go.id.

Polusi di Jakarta Capai Tingkat Paling Tinggi

Lebih lanjut, Sena mengungkapkan, polusi di Jakarta mencapai tingkat yang paling tinggi pada malam sampai siang hari.

Hal tersebut, dapat dirasakan sekitar pukul 19.00-20.00 WIB sampai 11.00-13.00 WIB.

"Pada sore hari konsentrasinya (polusi) cenderung lebih rendah," jelas Sena.

Sena mengatakan, masyarakat yang ingin mengetahui kondisi udara di Jakarta saat ini bisa mengunjungi laman iklim.bmkg.id pada menu "Monitoring Partikulat PM 2.5 Realtime".

Adapun, Partikulat (PM 2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer).

Pemantauan PM 2.5 itu, dilakukan BMKG sejak 2015.

Berdasarkan data tersebut, kondisi udara yang terpantau di Kemayoran masuk kategori tidak sehat dengan indikator berwarna kuning.

Kandungan PM 2.5 di Kemayoran mencapai mencapai 117 ug/m3.

Indikator tersebut, menunjukkan kualitas udara tidak sehat.

Baru-baru ini viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan langit di Jakarta tampak menghitam. (Instagram @unikinfold)

Penjelasan Pengunggah Video

Masih mengutip dari Kompas.com, perekam kondisi langit di Jakarta menghitam bernama Hendi.

Menurut Hendi, Video yang memperlihatkan kondisi lingkungan di Jakarta direkam pada Selasa (16/5/2023).

Yakni, ketika ia menaiki pesawat menuju Bali sekitar pukul 12.05 WIB.

"Ya, kebetulan pada saat take off pesawat saya melihat dengan jelas bahwa langit Jakarta dipenuhi dengan asap hitam," katanya kepada Kompas.com, Sabtu (12/8/2023).

"Hingga ketinggian beberapa meter dari landasan seperti yang saya videokan sebelumnya," lanjutnya.

Pada saat itu, Hendi menduga langit yang menghitam disebabkan oleh polusi tinggi.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat langit di Jakarta menghitam.

Seperti penggunaan kendaraan pribadi dan PLTU di dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Ketika ditanya soal kondisi udara di Jakarta yang ia rasakan saat ini, Hendi mengaku juga merasakan dampak dari keadaan kualitas udara Jakarta.

"Saya merasakan batuk pilek dan merasakan gerah, hal ini dirasakan juga oleh rekan kerja saya juga di kantor," ungkap Hendi.

Video Penampakan Langit di Jakarta Diselimuti Asap Hitam Viral

Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, video penampakan langit Jakarta yang diselimuti asap hitam diunggah oleh salah satu akun Instagram, @unikinfold.

Akun tersebut, mengunggah video yang bersumber dari akun IG @hendishhh.

Dalam video yang beredar, terlihat penampakan langit Jakarta yang diselimuti asap hitam.

Asap tersebut, dalam keterangan video merupakan polusi udara di Jakarta.

Hingga Senin (14/8/2023) malam, video tersebut telah dilihat lebih dari 570 ribu kali.

Beragam respons pun disampaikan warganet.

Baca juga: Media Asing Soroti Polusi Udara di Jakarta, Musim Kemarau dan Asap Kendaraan Buat Langit jadi Kelabu

Jokowi Dorong Rekayasa Cuaca hingga Kantor Terapkan WFO-WFH

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama jajarannya menggelar rapat terbatas (ratas) hari ini, Senin (14/8/2023), di Istana Merdeka, Jakarta

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi membahas terkait polusi udara di Jabodetabek yang dinilai semakin buruk dalam sepekan terakhir.

"Hari ini kita akan membahas mengenai kualitas udara di Jabodetabek yang selama satu pekan terakhir kualitas udara di Jabodetabek sangat-sangat buruk, dan tanggal 13 Agustus 2023 kemarin indeks kualitas udara di DKI Jakarta di angka 156 dengan keterangan ‘Tidak Sehat’," katanya, dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Oleh sebab itu, Jokowi memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan situasi udara di Jakarta.

Orang nomor satu di Indonesia ini, mengatakan ada faktor kemarau panjang selama tiga bulan terakhir yang menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi.

Kemudian, faktor pembuangan emisi dari transportasi dan aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur.

Jokowi pun menyampaikan sejumlah instruksi untuk menangani polusi udara di Jakarta.

"Saya memiliki beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian seluruh kementerian dan lembaga terkait," jelasnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama jajarannya membahas polusi udara di Jabodetabek yang dinilai semakin buruk dalam rapat terbatas (ratas) yang digelar hari ini, Senin (14/8/2023), di Istana Merdeka, Jakarta. (Tangkap layar kanal YouTube Sekretariat Presiden)

Pertama, kata Jokowi, yakni jangka pendek.

Jokowi menyebut, secepatnya harus dilakukan intervensi yang bisa meningkatkan kualitas udara di Jabodetabek lebih baik.

"Kemudian juga rekayasa cuaca untuk memancing hujan di kawasan Jabodetabek, dan menerapkan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi Euro 5 dan Euro 6, khususnya di Jabodetabek. Kemudian perbanyak ruang terbuka hijau dan tentu saja ini memerlukan anggaran. Siapkan anggaran," ungkap Jokowi.

Bila diperlukan, Jokowi menyebut, kantor perlu mendorong pelaksanaan kerja secara hybrid working: work from office, work from home.

"Mungkin saya enggak tahu nanti dari kesepakatan di Rapat Terbatas ini apakah 75:25 atau angka yang lain," terangnya.

Kedua, dalam jangka menengah.

Jangka menengah tersebut, yakni konsisten melaksanakan kebijakan mengurangi penggunaan kendaraan berbasis fosil dan segera beralih ke transportasi massal.

"Saya kira bulan ini LRT segera dioperasionalkan, MRT juga sudah beroperasi, kemudian Kereta Cepat bulan depan juga sudah beroperasi dan juga percepatan elektrifikasi kendaraan umum dengan bantuan pemerintah," kata Jokowi, dilansir Setkab.go.id.

Ketiga, menurut Jokowi, dalam jangka panjang perlu memperkuat aksi mitigasi.

Lalu, adaptasi perubahan iklim harus dilakukan pengawasan kepada sektor industri dan pembangkit listrik, terutama di sekitar Jabodetabek.

Terakhir, yaitu mengedukasi publik yang seluas-luasnya.

Dikutip dari TribunJakarta.com, kualitas udara di Jakarta sempat jadi yang terburuk versi situs IQAir pada Selasa (8/8/2023).

Indeks Kualitas Udara (AQI) pada Selasa, sekira pukul 05.00 WIB, mencapai 160 dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 72 mikrogram per meter kubik.

Nilai ini menempatkan kualitas udara Jakarta menjadi yang paling terburuk di dunia.

Disusul Johannesburg, Afrika Selatan (152); Beijing, Tiongkok (152); Santiago, Cili (131); dan Lahore, Pakistan (112).

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini