Adapula ngore (kalung yang digantung di leher), lelbutir (antinganting), belusu (gelang yang dipakai pada lengan, biasanya terbuat dari gading gajah dan dijadikan sebagai mas kawin dari pihak laki-laki di Kepulauan Tanimbar), dan lufu (kantung yang terbuat dari anyaman rotan dengan seutas tali dan digantung pada bahu).
Busana adat pria Tanimbar adalah teik (cawat) atau umban.
Teik biasanya terbuat dari tenunan kain yang berukuran kecil yang dipakai untuk menutup alat kelamin pria.
Sementara Umban adalah cawat yang terbuat dari tenunan yang berukuran sekitar 3 meter dan digunakan dengan cara diikat pada bagian pinggang pada saat upacara adat.
Pria Tanimbar menambahkan kelengkapan busana yang khas meliputi tatabun ulun (kain penutup kepala), somalea (hiasan dari cenderawasih yang telah dikeringkan dan menjadi hiasan yang diletakkan di atas kepala atau dahi), kmwenga (anting-anting emas atau perak) dan wangpar (gantungan emas di dada).
Pada penutup kepala dihiasi dengan bulu-bulu burung cendrawasih melambangkan kebesaran seorang raja, sedangkan penutup kepalanya adalah simbol perlindungan yang harus diberikan oleh masyarakat kepada sang pemimpin.
Salempang atau Skwai yang dipakai menunjukkan tanggung jawab dari pemimpin kepada rakyatnya.
Makna filosofis dari skwai adalah seorang ayah menggendong putranya atau pemimpin siap melani masyarakatnya.
Kunjungan Jokowi ke Tanimbar
Pada 1 September 2022, Jokowi pernah mengunjungi Kepulauan Tanimbar.
Di sana, Presiden menyerahkan bantuan sosial kepada para penerima manfaat di Pasal Olilit berupa bantuan modal kerja (BMK) dan bantuan langsung tunai (BLT).
Jokowi juga meninjau optimalisasi sistem penyediaan air minum (SPAM) Wemomolin di wilayah tersebut.
Melalui akun resmi Twitter-nya, Jokowi mengklaim bahwa dirinya merupakan presiden kedua yang mengunjungi Kepulauan Tanimbar setelah Soekarno.
"Rupanya, kedatangan saya ke sini adalah kunjungan pertama Presiden RI setelah Presiden Soekarno datang ke Tanimbar Selatan di tahun 1958," tulis Jokowi.
Sebelumnya, Presiden Soekarno mengunjungi daerah itu pada 4 November 1958 menggunakan Kapal Mangkara dan Djadayat yang dikawal oleh sejumlah kapal perang.
Saat itu, Soekarno membawa sejumlah duta besar negara sahabat, seperti China, Filipina, Pakistan, Amerika Serikat, Jepang, Uni Soviet, Turki, Hingaria, dan Irak.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, didirikan patung Soekarno di Saumlaki pada 2015.
Pada 2010, Wakil Presiden Boediono juga tercatat pernah berkunjung ke Kepulauan Tanimbar atau 52 tahun setelah kunjungan Soekarno.
(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Kompas.com)