Ibnu Rajab menulis: “Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Shafar. Maka Nabi SAW membatalkan hal tersebut. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya. Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Shafar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu. Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.” (Lathaif al-Ma’arif, hal. 148).
Hadits tersebut, menegaskan, tidak ada yang membedakan Bulan Shafar dengan bulan-bulan lainnya.
Sehingga bagi umat Islam, tidak boleh meyakini malapetaka yang terjadi di bulan Shafar.
Menurut pandangan Islam, meyakini malapetaka adalah salah satu jenis thiyarah (Pertanda buruk)
Sementara itu, Allah melarang umatnya untuk meyakini pertanda buruk.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Rabu Wekasan