Ia merasa beruntung dapat berkenalan dengan Sapardi Djoko Damono, Dedy Sutomo, Mochtar Hadi, dan WS Rendra.
Setamat dari jenjang SMA pada 1960, ia masuk ke Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Tjokroaminoto, Surakarta, hingga tingkat doktoral.
Setelah menuntaskan pendidikannya di Kota Solo, Arifin kemudia pindah ke kota Yogyakarta.
Di sana, ia memiliki segudang aktivitas kebudayaan yang membuatnya semakin kreatif menulis puisi dan menekuni teater.
Pertama kali ia bergabung dengan Teater Muslim pimpinan Mohammad Diponegoro.
Selanjutnya, ia bergabung dengan Lingkaran Drama Rendra dan menjadi anggota Himpunan Sastrawan Surakarta.
Selesai menamatkan studinya di Fakultas Sosial Politik, Universitas Cokroaminoto, ia pindah ke Jakarta untuk mendirikan Teater Kecil pada 1968.
Baca juga: 50 Tahun Berkarya, Christine Hakim Tak Lelah Bagikan Kisah, Juga Pengalaman Bermain di Film Just Mom
Ketika di Jakarta, mulanya Arifin berpikir untuk sebuah kelompok kesenian perlu penyantun dana tetap sehingga kehidupan berteater dapat berjalan terus.
Namun, setelah merasakan bekerja sebagai seorang manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan Kerja, ia merasa ide kreatifnya terpasung.
Setelah melepas jabatannya itu, Arifin berangkat ke Amerika Serikat bersama Satyagraha Hoerip untuk mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA (1972-1973).
Sepulangnya dari Amerika, ia mengembangkan bakat seninya tidak terbatas pada penulisan sajak dan teater, tetapi juga merambah ke dunia film layar lebar, sebagai penulis skenario dan sutradara.
Hingga dari arahan Arifin lahirlah sejumlah judul film yang membuatnya banyak penghargaan.
Film garapannya yang mendapat penghargaan terbesar adalah "Pengkhianatan G 30 S" yang dibintangi Umar Kayam.
Film ini diputar setiap tahun melalui TVRI dalam memperingati "Hari Kesaktian Pancasila" pada masa pemerintahan Suharto.