Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengantin anemia jadi satu penyebab angka stunting sulit turun.
Ibu hamil yang mengalami anemia akan melahirkan bayi stunted.
Karena itu penting untuk menyiapkan diri bagi calon pengantin wanita.
Apabila diketahui anemia, maka calon pengantin wanita ini harus mengonsumsi Tablet Tambah Darat (TTD) yang disediakan oleh pemerintah melalui Puskesmas, sehingga pada saat hamil kondisinya sudah lepas dari anemia.
Untuk menjaring para calon pengantin ini, BKKBN bekerja sama dengan Kemenkes dan Kementerian Agama berupaya menyetop persoalan ini dari hulu dengan mebuat aplikasi bernama elsimil (elektronik siap nikah siap hamil).
Baca juga: Dokter Anjurkan Orang Tua Manfaatkan Buku KIA Sebagai Panduan Cegah Stunting
Calon pengantin wanita akan diukur beberapa indikatornya pada dua bulan sebelum melangsungkan pernikahan.
Sayangnya program ini belum berjalan baik.
Saat ini hanya 27,8 persen calon pengantin yang dapat dikawal, sementara sisanya 80 persen masih jaih dari harapan.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Kementerian Sekretariat Negara, Suprayoga Hadi menegaskan, persoalan tersebut akan menjadi prioritas aksi nyata yang dilakukan tahun ini dan tahun 2024.
Baca juga: Jaringan Terbesar se-Indonesia, Dahlan Dahi Sebut Tribun Ikut Berkontribusi Penurunan Angka Stunting
"Dalam rapat koordinasi ini telah disepakati aksi bersama untuk meningkatkan konvergensi, dan kualitas pelaksanaan program melalui kerja sama multisektor di semua tingkatan. Semoga ini dapat semakin mempercepat hasil sesuai target yang diharapkan," katanya.
Presiden Joko Widodo meminta stunting harus turun di angka 14 persen di tahun 2024 karena Indonesia akan mengejar kualitas sumber daya manusia pada bonus demografi di tahun 2035.
Hal ini dituangkan dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Dalam 4 tahun terakhir tercatat angka Prevalensi Stunting Nasional turun sebesar 9,2 persen, yakni dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 21,6 persen pada 2022.
Untuk mencapai target angka prevalensi stunting 14 persen pada 2024, maka pemerintah harus dapat menurunkan angka prevalensi sebesar 7,6 persen dalam 2 tahun ke depan.