Apalagi, tambah dia, sebelum konflik itu terjadi sedang berlangsung proses perbaikan hubungan antara Israel dan sejumlah negara Arab. Akibat pecah perang Hamas-Israel, sejumlah upaya tersebut terhenti.
Selain itu, tegas Adam, serangan balasan Israel yang tidak proporsional terhadap Hamas menimbulkan dampak kemanusiaan yang berkepanjangan bagi Palestina.
Mitigasi konflik Hamas-Israel, jelas Adam, sangat penting dilakukan dengan mendorong gencatan senjata dalam upaya perdamaian di Palestina.
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Broto Wardoyo berpendapat penyelesaian konflik Palestina-Israel harus ada poin yang jelas. Utamakan dulu penyelesaian krisis, setelah itu baru tuntaskan masalah lainnya.
Menurut Broto, tidak mungkin menyelesaikan konflik di Gaza, bila tidak menyelesaikan akar permasalahannya.
Bila melihat ke belakang, ungkap dia, sebetulnya pada konflik saat ini ditemukan kondisi tingkat keparahan yang tinggi di Gaza, sejak Israel meninggalkan Gaza pada 2006.
Karena, menurut Broto, saat ini yang berkuasa di Israel adalah pemerintahan koalisi religius garis keras, yang tidak mempertimbangkan penyelesaian konflik secara damai.
Di sisi lain, jelas Broto, di Palestina saat ini masyarakat juga sudah tidak percaya lagi dengan opsi-opsi di luar tindak kekerasan akibat kondisi kehidupan yang semakin sulit.
Bagaimana bantuan kemanusiaan bisa disalurkan tepat sasaran, ungkap Broto, juga masih menjadi persoalan.