Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jenazah sastrawan sekaligus sosiolog, Ignas Kleden disemayamkan di Rumah Duka St Carolus, Jakarta Pusat, sebelum dikremasi pada Rabu (24/1/2024).
"Jenazahnya disemayamkan di sini," kata adik perempuan Ignas, Hermien Y. Kleden saat ditemui di Rumah Duka St Carolus, Senin (22/1/2024).
Baca juga: Jalan Tertimbun Longsor, Jenazah di Sarolangun Terpaksa Ditandu Demi Sampai ke Rumah Duka
Hermien mengatakan, jenazah Ignas akan dilakukan misa pelepasan dan dikremasi pada Rabu mendatang sekira pukul 11.00 WIB.
"Kemudian jenazah akan dikremasi pada hari Rabu jam 11," ujarnya.
Dia menyebut, sebelum dikremasi jenazah Ignas akan dilakukan misa requiem terlebih dahulu pada Selasa (23/1/2024) sekira pukul 18.25 WIB.
Rencananya, kata Hermien, misa requiem ini akan dipimpin langsung oleh saudaranya, Pater Leo Kleden SVD.
Baca juga: Rumah Duka Carolus Kembali Beroperasi
"Jadi besok malam adalah misa requiem setengah 7. Kemudian misa tutup peti itu pada besok malam," ucapnya.
Dia menceritakan, Ignas meninggal pada pukul 03.46 WIB di Rumah Sakit Suyoto, Jakarta Selatan.
Menurut Hermien, Ignas dilakukan perawatan selama satu Minggu di Rumah Sakit Suyoto sebelum mengembuskan napas terakhir.
Dia menuturkan, Ignas memang memiliki riwayat penyakit gangguan ginjal selama 2 tahun terkakhir.
Profil Singkat Ignas Kleden
Ignas Kleden lahir di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada 19 Mei 1948. Dia sempat bersekolah di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Katolik Ledalero, Maumere, Flores pada 1972.
Kemudian, Ignas meraih gelar Master of Art bidang filsafat dari Hochschule fuer Philosophie, Muenchen, Jerman pada 1982. Juga meraih gelar Doktor bidang Sosiologi dari Universitas Bielefeld, Jerman pada 1995.
Ignas selama ini memang aktif menulis baik di majalah maupun jurnal, dan menjadi kolomnis tetap di beberapa media nasional.
Selain menulis, dia juga banyak berkarir pada perbukuan dan penelitian. Penguasaan beberapa bahasa asing, latar pendidikan teologis, filsafat dan sosiologi banyak membantu peningkatan karirnya.
Pada 2003, sosok yang dianggap sebagai kritikus ini menerima Penghargaan Achmad Bakrie.
Ignas dinilai telah mendorong dunia ilmu pengetahuan dan pemikiran sosial di Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih tajam lewat essai dan kritik kebudayaannya.