TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah sejarah atau asal usul Kue Keranjang Imlek atau Nian Gao.
Di beberapa daerah di Indonesia, Nian Gao atau kue keranjang disebut juga sebagai dodol China (Jawa Barat) dan kue keranjang (Jawa Timur).
Disebut kue keranjang karena bentuk wadah cetaknya yang berbentuk keranjang.
Ini adalah makanan penutup yang populer disantap saat Tahun Baru Imlek.
Dikutip dari China Highlights, Nian Gao (年糕 /nyen-gao/'kue tahun'), merupakan kue beras manis yang terbuat dari tepung ketan dan gula.
Karakter 年 berarti 'tahun', dan karakter 糕 berarti 'kue', yang pengucapannya sama dengan 高 (/gao/), yang berarti 'tinggi'.
Jadi, pelafalan niangao terdengar seperti 'tahun tinggi' (年高), yang melambangkan pendapatan yang lebih tinggi, kedudukan yang lebih tinggi, pertumbuhan anak-anak, dan secara umum janji tahun yang lebih baik dalam pikiran orang Tionghoa.
Oleh karena itu, memakan niangao selama periode Tahun Baru Imlek dianggap membawa keberuntungan.
Sejarah atau Asal Usul Kue Keranjang/Nian Gao
Dewa Dapur
Kue ketan manis niangao diyakini diciptakan sebagai persembahan licik kepada Dewa Dapur.
Baca juga: 6 Tradisi Perayaan Imlek yang Unik dan Populer di Indonesia, Tak Hanya Bagi-bagi Angpao
Dewa Dapur diyakini bersemayam di setiap rumah-rumah.
Pada setiap akhir tahun, menurut cerita rakyat, Dewa Dapur membuat "laporan tahunan" kepada Kaisar Langit.
Untuk mencegahnya menjelek-jelekkan rumah mereka, orang-orang pun menawarkan niangao, yang akan menutup mulutnya.
Oleh karena itu, niangao dipersiapkan untuk dipersembahkan sebelum Tahun Baru Imlek.
Baca juga: Makna Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek, Lengkap dengan Sejarahnya
Batu Bata Fondasi
Tak hanya itu saja, Nian Gao memiliki legenda lain tentang asal usulnya sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Legenda mengatakan bahwa, setelah kematian Wu Zixu (伍子胥, 559–484 SM), seorang jenderal dan politikus kerajaan Wu pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur (771–476 SM), raja Yue, Goujian, menyerang ibu kota Wu, dan tentara serta warga Wu terjebak di kota dan tidak ada makanan.
Banyak orang mati kelaparan selama pengepungan tersebut.
Seseorang pun memikirkan kata-kata Wu Zixu yang bermanfaat:
"Jika negara sedang dalam kesulitan dan rakyatnya membutuhkan makanan, pergilah dan gali tiga kaki di bawah tembok kota dan dapatkan makanan".
Para prajurit kemudian melakukan apa yang diperintahkan Wu Zixu dan menemukan bahwa fondasi tembok itu dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.
Makanan ini menyelamatkan banyak orang dari kelaparan.
Setelah itu, batu bata tersebut dianggap sebagai niangao asli.
Setiap tahunnya, orang-orang membuat niangao untuk memperingati Wu Zixu.
Seiring berjalannya waktu, niangao menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Imlek.
(Tribunnews.com/Latifah)