TRIBUNNEWS.com - Kasi Humas Polres Karawang, Ipda Kusmayadi, mengungkapkan sopir bus Primajasa, Heri, yang terlibat kecelakaan maut di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, telah pulang.
Kusmayadi menegaskan Heri hanya dimintai keterangan sebagai saksi.
"Bukan dipulangkan, tapi memang sudah pulang. Karena tidak dilakukan penahanan kemarin, melainkan hanya dimintai keterangan sebagai saksi," ungkap Kusmayadi lewat pesan singkat, Selasa (9/4/2024), dilansir Kompas.com.
Sebelumnya, Heri sempat berpamitan kepada keluarganya ia tak bisa langsung pulang usai mengantar penumpang karena terlibat kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek.
Ia meminta maaf kepada anaknya lantaran mengaku masih ditahan di Polres Karawang.
"Dek, hampura (minta maaf). Bapak ditahan di Polres Karawang, kasih tahu Mamah," kata Heri, Senin (9/4/2024), usai kecelakaan.
Momen Heri menelepon keluarganya ini dibagikan jurnalis CNN Indonesia, Mahardhika Utama, lewat akun Facebooknya.
Diketahui, kecelakaan maut di Tol Jakarta-Cikampek terjadi pada Senin pagi sekitar pukul 7.30 WIB, di jalur contraflow.
Kecelakaan tersebut melibatkan tiga kendaraan, yaitu bus Primajasa, Daihatsu Gran Max, dan Daihatsu Terios.
Dua mobil diketahui hangus terbakar dalam kecelakaan itu.
Sementara, semua penumpang Gran Max dengan total 12 orang, meninggal dunia di lokasi kejadian.
Baca juga: Foto-foto Kecelakaan Maut di Tol Jakarta-Cikampek KM 58, 2 Mobil Terbakar, Libatkan 3 Kendaraan
Kronologi Kejadian
Pasca-kecelakaan, Heri membeberkan kronologi bagaimana tabrakan beruntun bisa terjadi.
Heri menuturkan, saat kejadian ia tengah mengemudikan bus Primajasa dari arah Bandung, Jawa Barat, menuju Jakarta.
Dari jalur contraflow berlawanan, tiba-tiba Gran Max oleng dan menghantam bagian depan bus Heri.
Heri mengatakan ia sudah mencoba menghindari Gran Max, tapi tabrakan tetap tak terelakkan.
Tak berhenti sampai di situ, Daihatsu Terios yang berada di belakang bus Primajasa juga tidak bisa menghindari kecelakaan.
"Saya coba menghindar ke kiri. Lalu di bagian belakang seperti ada kendaraan lain dan juga menabrak bagian kiri," ungkap Heri, Senin, dikutip dari TribunJabar.id.
Sesaat setelah menabrak, Gran Max dan Terios langsung terbakar.
Sementara itu, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menuturkan dugaan penyebab banyaknya korban dalam kecelakaan di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek.
Investigasi Senior KNKT, Ahmad Wildan, menduga kebakaran pada mobil Gran Max hingga menyebabkan semua penumpangnya terbakar, terjadi lantaran putusnya saluran BBM.
"Tadi kita memeriksa saluran BBM, karena kita lihat kendaraannya terdeformasi."
Baca juga: Ibu di Bogor Kehilangan Dua Anak dan Satu Adik Akibat Kecelakaan Tol Japek, Suaminya Baru Meninggal
"Jadi kebakaran sangat mungkin terjadi ketika deformasi membuat putus saluran BBM, sehingga saluran BBM tumpah dan terbakar karena areal di sana panas (mesin)," beber Wildan, Senin.
Lebih lanjut, Wildan memperkirakan terjadi dua kali ledakan pada Gran Max yang disebabkan tumpahan BBM mengenai area mesin.
Meski begitu, Wildan belum bisa menyimpulan penyebab pasti kebakaran.
Wildan juga mengatakan KNKT masih harus mempelajari untuk mengetahui penyebab Gran Max oleng ke jalur berlawanan, hingga mengakibatkan kecelakaan.
"Tadi penjelasan saksi di lapangan terdengar bunyi ledakan dua kali di depan dan di tenga."
"Berarti ini sangat dimungkinkan dari area engine (mesin) dulu, kemudian di area tengah tangki."
"Saya lihat yang parah di sebelah kanan yang engine, karena Gran Max ini mesinnya ada di bawa jok pengemudi," beber Wildan.
"Belum ada (fakta baru), kami akan konfirmasi ke pihak Daihatsu, kami pengen lihat Gran Max ini tahun ini seperti apa."
"Nanti kami bandingkan biar punya bayangan ketika memeriksa yang benar dan terbakar," imbuh dia.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Ini Dugaan Penyebab Banyaknya yang Meninggal Saat Kecelakaan Maut di Tol Jakarta Cikampek Versi KNKT
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJabar.id/Cikwan Suwandi/Deanza Falevi, Kompas.com/Farida Farhan)