News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gelombang Panas Diprediksi akan Semakin Parah, Pakar Ajak Masyarakat Lakukan Langkah Pencegahan

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria menuangkan air ke jalan saat cuaca panas di Manila pada 28 April 2024. - Filipina akan menangguhkan kelas tatap muka di semua sekolah negeri selama dua hari karena cuaca yang sangat panas dan pemogokan nasional yang dilakukan oleh pengemudi jeepney, kata departemen pendidikan pada tanggal 28 April. (Photo by Earvin Perias / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah  Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Beberapa negara di Asia, tengah merasakan gelombang panas akibat perubahan iklim.

Bahkan, sepanjang 2024 ini, sedikitnya 61 orang meninggal akibat heatstroke di Thailand. 

Heat stroke sendiri adalah kondisi di mana tubuh menjadi terlalu panas. 

Menurut pakar keamanan kesehatan lingkungan global, Dicky Budiman mengatakan, situasi ini diprediksi akan semakin parah karena suhu akan terus meningkat sehingga, mencegah perubahan iklim agar situasi tidak bertambah buruk menjadi sangat penting. 

"Prediksinya ini akan menjadi ancaman semakin serius. Karena akan semakin sering, (durasi) lebih lama dan suhu panas akan meningkat," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews, Senin (13/5/2024). 

Baca juga: BMKG Ungkap 3 Penyebab Gelombang Panas Melanda Negara di Asia

Sebagai informasi, Dicky mengatakan jika tubuh manusia punya batasan maksimal menahan suhu panas. 

Sejauh ini manusia baru bisa mentoleransi suhu panas 46 derajat celcius dengan kelembaban 50 persen.

Itu pun jika menggunakan pendingin udara, kipas angin atau perlindungan lainnya.

"Lebih dari itu, banyak yang akhirnya akan mati. Dan tentu bukan hanya berdampak pada manusia saja, tapi juga hewan," tambahnya. 

Selain itu, dampak tidak langsung juga akan muncul sebab suhu yang terus meningkat misalnya ketahanan pangan, baik dari tanaman mau pun hewan.

Menurutnya, bahaya ini harus segera direspons. 

Dimulai dengan hal kecil seperti mengurangi penggunaan plastik atau kurangi aktivitas yang berkontribusi pada cemaran plastik. 

Selain itu, masyarakat juga bisa mengurangi aktivitas mencuci baju. Misalnya, mencuci baju seminggu sekali saja. 

"Mencuci itu ada dampak limbahnya, selain itu ada mikroplastik yang lepas pada baju," imbu. 

Upaya lain bisa juga dengan mengurangi penggunaan energi. 

Kurangi penggunaan pendingin udara dan bangun rumah dengan sirkulasi udara yang baik. 

Perbanyak pepohonan di ruang publik dan menjaga kelestarian hutan. 

"Itu harus dilakukan dukungan semua pihak.  Kebijakan pro lingkungan dan pebangunan berwawasan lingkungan," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini