Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memperingati Bulan Bung Karno tahun 2024, DPP PDI Perjuangan (PDIP) menggelar wayangan bersama Dalang Ki Warseno Slank dan Ki Amar Pradopo dengan Lakon Pandu Swargo, pada Sabtu (8/6/2024) malam.
Gelaran wayang ini di gelar di halaman Masjid At Taufiq, Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto bersama Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto, Wakil Sekertaris Jenderal PDIP, Utut Adianto hingga anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo dan Deddy Sitorus terlihat hadir di lokasi.
Baca juga: PDIP Masih Berusaha Geser Emil Dardak demi Kursi Cawagub Pendamping Khofifah
Tak hanya pengurus partai, ratusan masyarakat sekitar Sekolah Partai Lenteng Agung turut hadir dalam gelaran wayang tersebut. Mereka begitu antusias untuk menyaksikan gelaran wayang tersebut.
Ketua Umum DPP PDIP Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri turut menyaksikan wayangan melalui daring.
Acara ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lantunan doa juga dipanjatkan sebelum acara wayangan ini dimulai.
Dalam sambutan pembukaan acara, Hasto menyampaikan bahwa malam ini dikisahkan tentang Pandu Suargo.
Dimana, Pandu Suargo punya suatu persoalan karena ketidakadilan para Dewata yang lebih berpihak kepada istrinya.
“Jadi ada kan Batara Guru ini istrinya kan Badari Durga salah satunya Badari Durga ini bisa menghasilkan watak yang baik, tapi kadang-kadang juga kurang baik. Kadang-kadang juga seperti itu muncul suatu spiritnya muncul egonya, ego membela suaminya, ego membela anaknya, itu juga ada di dalam cerita pewayangan tentang kisah ini,” kata Hasto.
Hasto juga mengkisahkan, Pandu Dewanata ini menerima perlakuan yang tidak adil.
“Nah disini lalu dibela oleh anak-anak dari Pandu Dewanata tersebut yaitu Ksatria Pandawa itu sehingga cerita ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus berhormat pada orang tua kita harus hormat pada orang yang mendidik kita, yang membesarkan kita,” jelas Hasto.
Politisi asal Yogyakarta ini juga mengatakan bahwa wayang menyajikan suatu kisah-kisah kehidupan inspiratif tentang apa yang terjadi dalam kehidupan manusia, yang kemudian disajikan di dalam cerita yang menarik.
Selain itu, dengan melihat wayang bisa memahami apa yang disampaikan oleh Bung Karno dan Ibu Megawati tentang kesabaran revolusioner.
“Namanya Pandawa ini ketika kalah dalam suatu permainan dia pernah kehilangan istana yang kemudian muncullah suatu kisah bagaimana dia dibuang tetapi kebenaran selalu akan menang, Satyam Eva Jayate,” kata Hasto.
“Wayang ini kita juga belajar tentang keyakinan kita dan kita diajarkan oleh Bung Karno oleh Ibu Mega, oleh para pendiri bangsa yang lain bahwa kebenaran itulah jalan PDI Perjuangan. Kita bukan menempuh jalan yang lain, jalan kebenaran itu yang kita lakukan malam ini,” pungkasnya.
Hasto dan Utut kemudian menyerahkan wayang kepada kedua dalang sebagai simbol dimulainya gelaran wayang tersebut. Lagu Padamu Negeri juga dinyanyikan bersama para pemain wayang.