TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan Laurentius Amrih Jinangkung menilai sosok Paus Fransiskus amat sederhana sebagai pemimpin negara dan pemimpin Gereja Katolik dunia.
Paus Fransiskus lebih memilih tinggal di Santa Marta, tempat tinggal yang berdekatan dengan publik.
Amrih melihat kesan Paus Fransiskus lebih nyaman tidak hidup secara eksklusif.
"Beliau tidak tinggal semacam istana negara begitu tetapi tinggalnya di Santa Marta," ujarnya saat sesi wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Studi Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Rabu (5/6/2024).
Amrih bertugas menjadi diplomat di Vatikan dalam periode 2020 hingga 2022.
Baca juga: VIDEO WAWANCARA EKSKLUSIF Saat Mgr Pius Datubara Kenang Kedatangan Paus Yohanes Paulus II ke Medan
Menurutnya, Paus Fransiskus menolak fasilitas untuk tinggal di Istana Apostolik Vatikan.
Bahkan jenis mobil yang dipilih tidak istimewa, hanya mobil pada umumnya.
Baca juga: Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, Kementerian Agama dan KWI Terus Lakukan Persiapan
Ketua Umum Pemuda Katolik (PK) Stefanus Gusma menegaskan Paus Fransiskus sosok yang harus dihormati sebagai pemimpin umat Katolik dan pemimpin negara Vatikan.
Pemuda Katolik dan Lintas Iman tegas akan mendukung agenda kunjungan Paus Fransiskus.
"Beliau ini tamu negara, apalagi beliau sampaikan tidak mau pakai mobil anti peluru mau yang sederhana saja dan lain sebagainya."
"Justru kita mengambil inspirasi dari sosok beliau, untuk panitia saya tahu ini pekerjaan berat karena sesuatu sangat detail sekali kabarnya protapnya sangat ketat," ucapnya.
Dia juga meminta agar kunjungan Paus Fransiskus jangan sampai dijadikan alat politisasi oleh para politikus di Indonesia.
Hal itu karena Republik Indonesia akan memasuki Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak pada November 2024.
Kepala Negara Vatikan dan Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus akan mengunjungi Republik Indonesia pada 3-6 September 2024.
Kunjungan Paus Fransiskus ini merupakan kali ketiga Paus berkunjung ke Indonesia setelah 1970 dan 1989.
Simak wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra berikut ini.(*)