TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alumni penerima beasiswa Yayasan Nostra Aetate di Vatikan, Dewi Praswida memandang Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin umat Katolik.
Lebih dari itu, Dewi menilai Paus Fransiskus sebagai tokoh yang membawa kemajuan dunia.
Hal itu disampaikan Dewi saat sesi wawancara eksklusif dengan Host Tribun Network, Geok Mengwan di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Selasa (11/6/2024) malam.
Dewi Praswida, gadis kelahiran Semarang, Jawa Tengah ini pernah bersalaman langsung dengan Paus Fransiskus saat masih menjalankan program beasiswanya.
Dia satu di antara pemudi di dunia yang berkesempatan bertemu dengan Paus Fransiskus dan kini menjadi perbincangan di media sosial.
Ia mengisahkan dua kali pertemuannya dengan Paus Fransiskus di Vatikan, yakni pada tahun 2018 dan 2019.
Ketika waktu salaman sama Paus Fransiskus, itu tuh ada yang beliau sampaikan ke Mbak, atau mungkin Mbak, ngomong apa gitu ke Paus Fransiskus?
"Ada, jadi, saya waktu Paus lewat itu, saya bilang, saya Dewi dari Indonesia, kurang lebih begitu, saya mohon ke Paus, mau didoakan untuk Indonesia, gitu," ujar Dewi.
"Terus beliau bilang, ya saya akan mendoakan, gitu," jelasnya kemudian.
Dewi Praswida pun mengaku sangat senang terkait rencana kedatangan pimpinan umat Katolik, Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024, mendatang.
Sebagai orang yang pernah tinggal di Vatikan, Dewi juga memandang Paus Fransiskus tak hanya sosok pemimpin umat Katolik dan pimpinan negara Vatikan.
Tapi, kata Dewi, Paus Fransiskus merupakan sosok yang progresif.
Dewi pun menceritakan sikap progresif Paus Fransiskus dalam sebuah tayangan video di YouTube.
Dia melihat tayangan seorang anak yang bertemu Paus Fransiskus dan menceritakan tentang keluarganya.
Anak itu, menyebut ayahnya merupakan seorang atheis atau tidak mengenal Tuhan. Apakah nanti akan masuk surga, tanya anak itu kepada Paus.
"Paus itu kan, pada waktu itu, ketika hadir itu kan sebagai pembuka agama, dia punya otoritas dong mengatakan surga neraka dari perspektif agama yang diyakini Paus," ucapnya.
"Tapi, jawaban Paus itu, menurut saya sangat bikin terenyuh, ya, mengejutkan."
"Beliau itu bilang bahwa, ya, Tuhan itu kan baik,"
"Bapakmu itu orang baik, dan Tuhan itu tidak akan mungkin menelantarkan anaknya."
"Menurut saya, jawaban seperti itu kan nggak menghakimi siapapun. Yang bijak dan adem, gitu," ungkapnya.
Aktivis Gusdurian juga menilai, Paus Fransiskus memiliki sikap progresif tentang kemanusiaan dan cinta lingkungan.
Hal itu bisa dilihat dari lahirnya dokumen gereja, Laudato Si. Dokumen itu membahas tentang bagaimana seharusnya mencintai sesama ciptaan.
"Nah, sesama ciptaan itu dalam Laudato Si itu tidak dibatasi hanya sesama manusia, gitu. Bahkan kita juga harus mencintai tumbuhan, hewan, kayak habluminan nas, habluminanloh, gitu-gitunya kalau di agama kita," kata Dewi.
Perempuan berhijab ini juga mengulas gebrakan progresif Paus Fransiskus yang turut mengeluarkan dokumen Fratelli Tutti.
"Paus mengeluarkan gebrakan-gebrakan yang progresif, tapi bagi saya, tidak meninggalkan kecintaannya terhadap agamanya, tidak meninggalkan perannya sebagai pemimpin agama."
"Jadi, kedatangan Paus itu ya harus kita sambut dengan baik, menurut saya," ucap Dewi.
"Tanpa perlu melihat agamanya apa. Tapi, kita lihat bagaimana sosoknya, pemikiran-pemikirannya kemajuan dunia ini," ucapnya.
Dirinya berahap dengan adanya kunjungan Paus Fransiskus tentu semakin membuka cakrawala pemikiran bahwa agama itu jalan manusia menyembah dan menghamba Tuhan.
Bukan hanya kepada Tuhan saja tapi sesama ciptaan Tuhan umat manusia tetap harus saling berhubungan.
Simak wawancara Host Tribun Network Geok Mengwan dengan Dewi Praswida.(*)