News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemindahan Ibu Kota Negara

Pemindahan Ibu Kota ke IKN Bakal Timbulkan Bonus Demokrasi Semu

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto, usai ditemui dalam kegiatan Launching Blueprint Pembangunan Kependudukan Indonesia 2045 pada peringatan Harganas di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (27/6/2024). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,SEMARANG - Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Pulau Kalimantan diharapkan mampu meratakan pembangunan antara Indonesia bagian timur dan bagian barat. 

Sayangnya, ada dampak persoalan kependudukan yang ditimbulkan dari kepindahan ibu kota ini ke Kalimantan Timur.

Di antaranya bonus demografi lantaran penduduk IKN mayoritas penduduk usia produktif. 

Hal itu disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN), Hasto, yang ditemui di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (27/6/2024).
 
Hasto menyebut, jendela peluang bonus demografi di IKN seolah terlihat positif. 

"Tetapi, yang perlu kita ingat, itu bisa menjadi semu karena banyaknya pendatang yang tiba-tiba datang ke sana pada saat usia kerja," ujar dokter Hasto.

Baca juga: Wapres Buka Suara Menkominfo Didesak Mundur usai Insiden PDN Ambruk Dibobol Hacker

Dampak kedatangan pendatang usia produktif di IKN menjadikan penduduk yang bekerja melimpah dibandingkan penduduk yang tidak bekerja. 

Tetapi di sisi lain, peredaran uang di IKN tidak akan banyak karena keluarga para pekerja berada di Jawa atau di luar IKN. 

Sehingga penghasilannya menjadi 'capital flight' alias dikirim atau ditransfer ke keluarga. 

Dalam kaitan ini, Hasto menekankan pentingnya memperhatikan proporsi penduduk dan prospek bonus demografi di IKN.

Lebih jauh, dokter Hasto memprediksi di 2035 jumlah lansia di Indonesia akan semakin banyak.

Di sisi lain, generasi berikutnya, terutama Gen-Z merujuk data BPS tahun 2023, sekitar 9,9 juta penduduk generasi usia 15-24 tahun di Indonesia tidak bekerja dan tidak sedang bersekolah (not in employment, education and training).

Angka ini setara dengan 22,25 persen dari total penduduk usia muda di Indonesia.

Baca juga: Jadi Zona Bebas Stunting, IKN Bakal Dihuni Hanya 2 Juta Penduduk

Baca juga: Faisal Basri Sebut Prabowo Presiden Paling Sial Diwarisi Utang sampai Rp 800 Triliun

Hasto menjelaskan, BKKBN berupaya meningkatkan kualitas SDM. 

Caranya, dengan mengantisipasi tidak terjadinya kawin usia muda. BKKBN bekerjasama dengan mitra juga melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga, seperti kegiatan pameran dan gelar dagang. Tujuannya, untuk memacu upaya peningkatan pendapatan keluarga melalui UPPKA.

"BKKBN membantu mewujudkan wirausaha, mendukung sekolah vokasi, kesempatan kerja untuk jadi lebih baik dan juga kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja," ujar Hasto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini