Artinya: “Wahai Muhammad ! hiduplah sekehakmu, tetapi ingatlah bahwa kamu akan mati. Cintalah kepada siapa saja yang ingin engkau cintai, tetapi ingatlah bahwa engkau akan berpisah dengannya. Berbuatlah sekehendakmu, tetapi ingatlah bahwa engkau akan menemukan balasannya”. (Kitab al-Shaghir, al-Suyuthy)
Kaum muslimin Ahli Jum’ah Rahimakumullah
Kandungan Hadis ini, al-Ghazaly mengingatkan kepada kita agar Mawas diri terhadap tiga hal, bila ingin sukses dalam kehidupan dunia Akhirat, yaitu:
Pertama: Hendaknya kita tidak terbuai dengan kehidupan dunia, karena seberapa banyak harta yang kita miliki harta pasti akan ditingalkan. Jika semua harta dunia itu akan kita tinggalkan maka sudah selayaknya harta itu tidak menjadi tujuan hidup kita, tidak selayaknya kita menumpuk harta sebanyak-banyak tetapi kita hanya mengambil secukupnya. Sudah seharusnya harta itu kita jadikan untuk bekal kehidupan di akhirat. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa suatu ketika nabi pernah berwasiat kepada Abi dzarr:
يا أبا ذر جدد السفينة فإن البحر عميق وخذ الزاد كاملا فإن السفر بعيد وخفف الحمل فإن العقبة كئود وأخلص العمل فإن الناقد بصير
Artinya: “Wahai Abi Dzarr perbaikilah perahu karena laut yang akan kamu karungi sangat dalam (maksdunya niatlah yang baik dalam setiap perbuatanmu agar engkau mendapatkan pahala dan selamat dari siksa neraka kelak di akhirat). Ambilah bekal dengan sempurna karena perjalanan engkau tempuh sangatlah jauh (maksudnya perbanyaklah amal ibadah untuk bekal karena perjalanan ke akhirat sangat susah dan banyak rintangan). Ringankan beban karena medan yang akan akan engkau tempuh sangat susah (maksudnya janganlah banyak berbuat dosa karena akan menyusahkanmu). Murnikan amal karena dzat yang mengintai kamu selalu waspada (maksudnya beramallah hanya karena Allah karena hanya disisinya kamu akan menemukan balasannya)”
Berkaitan dengah hal ini Abu Sulaiman al-Darani berkata:
طوبى لمن طابت له خطوة واحدة فى عمره لا يريد بها الا الله
Artinya: Sungguh bahagia bagi orang yang dalam umurnya punya suatu perbuatan yang dimaksudkan hanya karena Allah Imam al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak meriwayatkan bahwa nabi pernah mengajarkan do’a yang sangat panjang kepada ibnu Umar, diantara doa itu adalah:
اللهم لا تجعل مصيبتنا في ديننا و لا تجعل الدنيا أكبر همنا
Artinya: Ya Allah ! janganlah engkau jadikan bencana dalam masalah agamaku, janganlah engkau jadikan dunia sesuatu yang paling menyusahkanku.
Kedua: Hendaklah kita memperhatikan siapa orang yang seharusnya kita cintai. Kita harus mencintai orang yang bisa membuat tenang hati kita, bisa menolong kita untuk semakin taqwa kepada Allah dan mencegah kita agar tidak melakukan maksiat kepada Allah. Demikian ini karena bisa saja orang yang dicintai itu kelak menjadi musuh yang menjeruskan kita ke neraka. Dalam surat al-Zuhruf: 67 Allah berfirman:
الأَخِلاَءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
Artinya: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa: (QS. al-Zuhruf [43]: 67).
Untuk hal itu, Imam al-Baghawi dalam kitab Ma’alim al-Tanzil mengemukakan sebuah riwayat bahwa ayat ini menurut Ali ibn Abi Thalib terkait dengan adanya dua orang mukmin dan dua orang kafir yang saling mencintai. Ketika di akhirat nanti dua orang yang mukmin menemukan kebahagiaan karena keduanya saling memerintahkan ta’at kepada Allah dan berbuat kebajikan. Sementara dua orang yang kafir menemukan kesengsaraan hidup, keduanya saling bermusuhan, masing-masing menyalahkan yang lain mengapa mereka melakukan maksiat dan berbuat dosa.
Ketiga: Hendaklah kita memperhatikan bagaimana seharusnya kita beramal. Kita harus beramal semata-sama karena Allah, karena hanya Allahlah yang akan membalas amal perbuatan kita. Kaum muslimin Rahimakumullah Dalam kenyataannya, tidak semua manusia mematuhi ketentuan-ketentuan Allah sebagaimana yang diharapkan, sebagian manusia ada yang mematuhi rambu-rambu kehidupan tersebut sehingga ia selamat dan bahagia dalam hidupnya. Namun sebagian yang lain melanggar rambu-rambu Allah sehingga ia hidup sengsara dan harus menerima hukuman Allah.
Dalam sebuah hadis nabi SAW., bersabda bahwa ada empat ciri-ciri orang yang sengsara dan bahagia dalam hidupnya.
عن النبي – صلى الله عليه وسلم – أنه قال: علامة الشقاوة أربعة نسيان الذنوب الماضية وهي عند الله تعالى محفوظة ، وذكر الحسنات الماضية ولا يدرى أقبلت أم ردت ، ونظره الى من فوقه فى الدنيا ، ونظره الى من دونه فى الدين يقول الله اردته ولم يردنى فتركته . وعلامة السعادة أربعة ذكر الذنوب الماضية ، ونسيان الحسنات الماضية ، ونظره الى من فوقه فى الدين ، ونظره الى من دونه فى الدنيا
Tanda-tanda orang yang celaka itu ada empat: 1) Lalai/lupa terhadap dosa yang telah lalu/yang telah diperbuat padahal dosa itu selalu ada disisi Allah; 2) Menyebut/selalu mengingat kebaikan yang lalu/yang telah diperbuat padahal dia tidak mengetahui apakah kebaikan itu diterima atau ditolak oleh Allah; 3) Melihat/mengagungkan orang yang di atasnya dalam masalah dunia; dan 4) Melihat/merendahkan orang yang dibawahnya dalam masalah agama. Allah berkata kepada orang ini: (dengan perbutannmu itu) engkau mengharapkan pahala manusia bukan mengharapkan pahala dari-Ku maka Aku meninggalkan kamu.