"Betul, sebenarnya saya dari awal memang keluarga tidak setuju saya berpolitik. Memang sudah waktu kemarin saya dicalonkan juga bilang nggak usah berpolitik," kata dia.
Babah Alun juga mengungkapkan alasan lainnya dirinya mengundurkan diri dari kader Golkar karena akan memiliki cucu sebentar lagi.
Keluarga pun meminta dirinya untuk membuat masjid di Indonesia.
"Anak-anak saya bilang, buat masjid seribu masjid itu seluruh provinsi paling tidak 38 provisi ada Masjid Baba Alun. Jadi keluarga sarankan udah jadi orang bebas, jadi pekerja sosial sesuai cita, sesuai bunda Theresa. Ya sudah kembali lagi ke khittoh, khittohnya kan sebagai bunda Theresa maunya," ungkapnya.
Ia pun menilai Airlangga Hartarto orang yang terzalimi hingga harus mundur dari Ketua Umum Golkar.
Dia pun khawatir kejadian itu nantinya akan menimpanya sebagai kader Golkar.
"Saya melihat Pak Airlangga terzalimi saya juga takut nanti berpolitik juga terzalimi. Saya lihat pak Airlangga itu memimpin partai politik mengalami hal-hal yang kasar dan keras, sehingga saya sendiri takutnya saya enggak bisa mengikuti cara-cara kasar dan keras. Saya kan orang pekerja yang baik-baik saja, yang lembut-lembut saja," ungkapnya.
Namun, Jusuf Hamka enggan merinci maksud kejadian kasar dan keras yang dialami Airlangga.
Hal yang pasti, kejadian tersebut telah membuatnya kecewa dengan kancah politik di tanah air.
"Saya cuman bisa kasih clue politik itu ternyata kasar dan keras. Keras dan kasar sehingga pas saya lihat momentum Airlangga mundur saya nyatakan mundur partai politik siapa pun juga, tidak berpindah ke Parpol, saya ingin jadi orang bebas, saya akan jadi pekerja sosial. Saya adalah milik semua warga, jadi bukan warga Jakarta saja atau warga Jabar. Saya ingin jadi milik semua warga semua rakyat dari Nusantara," pungkasnya.