TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Kepala BRIN Prof. Amarulla Octavian meninjau langsung kemajuan pembangunan Observatorium Nasional di Gunung Timau, Kabupaten Kupang, NTT pada tanggal 22 dan 23 Agustus 2024.
Menurutnya, Observatorium Nasional tersebut memiliki teleskop optik dengan teknologi canggih guna melaksanakan Riset Astrofisika dan Astrokimia.
Teknologi teleskop menggunakan optik dengan 18 cermin majemuk berdiameter 3,8 meter serta cermin pendukung kedua dan ketiga.
"Dengan teknologi tersebut, akan dicapai kemampuan BRIN melaksanakan observasi obyek tata surya mulai planet, bintang, hingga galaksi sejauh 20 sampai dengan 30 Tahun Cahaya. Riset astronomi dapat ditujukan untuk memantau dan menilai pengaruh konstelasi tata surya terhadap perilaku cuaca di bumi," kata Amarulla dalam keterangannya, Jumat (23/8/2024).
Amarulla menuturkan, hasil riset dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai periodisasi musim tanam meningkatkan produksi pangan di bumi, mengantisipasi gangguan gelombang elektromagnetik di atmosfir, perubahan iklim yang ekstrim, potensi bencana, dan lain sebagainya.
Hasil riset juga dapat dimanfaatkan untuk mengkoreksi posisi satelit yang berada di orbitnya, bahkan memantau kondisi kesehatan satelit setiap saat.
Tampak mendampingi para pejabat BRIN, antara lain Inspektur Utama Dr. Christianus, Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi Prof. Agus Haryono, Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Dr. Robertus Heru, Kepala Pusat Riset Antariksa Dr. Sungging, Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Dr. Asep Hidayat, sekretaris deputi, direktur, dan periset.
Waka BRIN juga berkesempatan melakukan audiensi ke Pemprov NTT diterima secara resmi oleh Sekda Kosmas Lana, Kepala Bapperida Temmy beserta staf. Sebagai Stasiun Pengendali Utama Teleskop, maka Observatorium Nasional Timau dilengkapi dengan fasilitas Stasiun Pengendali Tambahan Teleskop yang berlokasi di Kupang.
"Stasiun Pengendali Tambahan ini juga berfungsi sebagai penerima data satelit secara optik karena wilayah Kupang memiliki keuntungan langit cerah dengan tingkat Tutupan Awan 10 persen rata-rata sepanjang tahun," tuturnya.
Waka BRIN menekankan kepada para periset untuk menyiapkan skema dan mekanisme teknis agar Stasiun Pengendali Utama Teleskop Timau dan Stasiun Pengendali Tambahan Teleskop Kupang, dapat diintegrasikan ke dalam jaringan Stasiun Bumi Satelit yang sudah tergelar di Bukit Tinggi, Bogor, Pare-pare, dan Biak.
Saat ini pembangunan kubah, gedung utama, dormitory, dan cermin pendukung kedua telah memasuki tahap akhir sedangkan pemasangan rangkaian teleskop optik 3,8 meter memasuki tahapan instalasi cermin utama dan cermin pendukung ketiga beserta satu kamera optik dan satu kamera infra merah.
Amarulla memberikan penekanan agar jadwal finalisasi instalasi dengan pihak mitra Nishimura Co. Ltd dan Kyoto University dapat dituntaskan pertengahan Oktober 2024. Jadwal berikutnya adalah uji teknis dan kalibrasi pada November dan Desember 2024.
Baca juga: Kunjungi Bangka, Wakil Kepala BRIN Dorong Percepatan Teknologi Ekstraksi Logam Tanah Jarang
"Diharapkan awal Maret 2025 Observatorium Nasional dapat berstatus penuh untuk operasionalisasi Riset Antariksa. Dengan teleskop berdiameter 3,8 meter yang terbesar se-Asia Tenggara, maka Observatorium Nasional Timau menjadi keunggulan Pemprov NTT pada skala nasional sekaligus keunggulan Indonesia pada skala regional," ujarnya.