News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kawali Soroti Lahan Basah Indonesia Terdegradasi Lebih Cepat daripada Deforestasi Hutan

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HUTAN MANGROVE - Foto Hutan mangrove di Indonesia yang diambil beberapa waktu lalu. Koalisi Indonesia Lestari (Kawali) menyoroti lahan basah Indonesia, meliputi rawa, danau, sungai, hutan mangrove dan gambut, yang terdegradasi jauh lebih cepat dari deforestasi hutan dunia.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koalisi Indonesia Lestari (Kawali) menyoroti lahan basah Indonesia, meliputi rawa, danau, sungai, hutan mangrove dan gambut, yang terdegradasi jauh lebih cepat dari deforestasi hutan dunia.

Padahal lahan basah turut membantu mengurangi risiko bencana karena mampu mengurangi banjir dan melindungi garis pantai.

Ketua Harian DPN Koalisi Indonesia Lestari, Wisnu Simba menjelaskan, area seperti rawa asin, padang lamun, hutan bakau dan lahan gambut yang hanya 3 persen dari permukaan daratan dunia, justru menyimpan karbon 2 kali lebih banyak dari hutan.

"Area seperti Rawa Asin, Padang Lamun, dan hutan bakau, lahan gambut, yang hanya mencakup 3 persen dari permukaan daratan dunia, menyimpan karbon dua kali lebih banyak daripada hutan," kata Wisnu kepada wartawan, Kamis (6/2/2025).

Selain itu sekitar 35 persen lahan basah dunia hilang antara tahun 1970 hingga 2015, di mana tingkat kehilangannya terus naik dari tahun ke tahun sejak tahun 2000-2025.

"Sekitar 35 persen lahan basah dunia hilang antara tahun 1970 hingga 2015 dan tingkat kehilangannya terus meningkat setiap tahun sejak tahun 2000-2025. Sepanjang pesisir pantai utara Jawa juga tidak kalah bahayanya," ucap dia.

Menurutnya rusaknya ekosistem pesisir pantai utara Pulau Jawa dan aktivitas manusia dalam bentuk pertanian, tambak dan alih fungsi lahan, serta pembangunan perkotaan menjadi pemicu terjadinya stres alami.

Kondisi ini disebutnya bukan lagi darurat ekologi, tapi terjadi overstress populasi di Pulau Jawa akibat pembangunan. Adanya gerakan sabuk hijau di sepanjang pesisir pantai utara Jawa diharapkan dapat mengurangi laju overstress ekologi, karena menjadikan mangrove sebagai benteng kedaulatan pesisir pantai.

Wisnu menyebut pada tahun 2018, pihaknya mencoba menanam mangrove di Pantai Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Hingga kini telah tertanam lebih dari 50 hektare pada area terdampak erosi, di mana banjir rob berkurang karena penanaman mangrove.

"Sampai saat ini sudah tertanam kurang lebih 50 hektare di area terdampak erosi pada saat banjir rob dampak nya sedikit berkurang dengan adanya mangrove," kata dia.

Dengan masifnya penanaman mangrove, Koalisi Indonesia Lestari optimis ketahanan pesisir pantai dan ekonomi sirkular dapat mendukung program FOLU Net Sink 2030 yang menargetkan tercapainya tingkat emisi gas rumah kaca -140 juta ton CO2e di tahun 2030.

"Bahwa sektor FOLU memiliki peran besar dalam upaya pencapaian target Net Zero Emission (NZE) nasional, dari net emitor menjadi penyerap bersih GRK," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini