TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istri Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam, tidak hanya dikenal sebagai figur sosial dan budayawati, tetapi juga sebagai praktisi batik.
Gusti Putri, demikian sapaan akrabnya, telah mengukir sejarah lewat motif batik yang dihasilkannya.
Di balik aktivitasnya sebagai pemerhati batik, ibu dua anak ini juga berperan penting dalam penciptaan motif batik yang kaya akan makna filosofis.
Sebagai seorang tokoh pelestari batik, GKBRAy Adipati Paku Alam X mengaku memiliki banyak koleksi batik tulis hasil karya sendiri.
Lebih dari dua ratus motif batik telah diciptakan oleh Gusti Putri.
"Dari 2011, saya sudah menciptakan lebih dari 200 motif batik," ujar Gusti Putri dalam wawancara eksklusif pada program Ngobrol Bareng Cak Febby (Ngocak Febby), di Studio Tribunnews, Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Gusti Putri juga mengungkapkan bahwa batik dengan motif ciptaannya pernah ditawar seharga Rp 200 juta.
"Saya pernah ditawar Rp 200 juta untuk batik saya. Waktu itu, motifnya belum terkenal, tetapi tetap saja ada yang menawar," ungkapnya dalam wawancara eksklusif tersebut.
"Ibu kasih waktu itu?" tanya Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra sebagai host.
"Enggak," jawab Gusti Putri.
Gusti Putri sangat terinspirasi oleh gambar-gambar yang ada dalam naskah-naskah kuno di Pura Pakualaman, yang telah berusia ratusan tahun.
Ia menggali lebih dalam filosofi yang terkandung dalam naskah-naskah Jawa kuno tersebut. Dan itu sangat memperngaruhinya dalam menciptakan motif-motif batik.
Gusti Putri juga menekankan pentingnya pelestarian batik tulis, yang menurutnya memiliki proses panjang dan membutuhkan keterampilan tinggi.
Meskipun banyak batik printing yang beredar di pasaran, batik tulis tetap memiliki nilai estetika dan filosofi yang tak tergantikan.