News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mulai Panas dengan Rusia, Relawan Ukraina Terima Donasi Bitcoin untuk Dana Perang

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang instruktur militer berdiri di samping replika kayu senapan Kalashnikov, ketika warga sipil mengambil bagian dalam sesi pelatihan di sebuah pabrik yang ditinggalkan di ibukota Ukraina, Kyiv, pada 30 Januari 2022. - Saat kekhawatiran tumbuh akan potensi invasi oleh pasukan Rusia yang berkumpul di Ukraina perbatasan, dalam kerangka pelatihan ada kelas tentang taktik, paramedis, pelatihan tentang rintangan. Pelatihan dilakukan oleh instruktur dengan pengalaman tempur, anggota inisiatif publik Total Resistance. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah ketegangan dengan Rusia, membuat Ukraina harus mempersiapkan diri untuk mengantisipasi adanya kekhawatiran konflik yang dapat memicu terjadinya perang.

Melansir dari Blockchain News, untuk mengantisipasi adanya kekurangan dana perang, kelompok sukarelawan asal Ukraina tengah membuka donasi dalam bentuk uang digital.

Baca juga: Krisis Ukraina: 6 Kapal Perang Rusia Menuju Laut Hitam untuk Latihan

Hal serupa juga dibenarkan oleh analisis analitik blockchain, Elliptic pihaknya menyatakan Ukraina kini sedang mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Bahkan Ukraina telah telah menerima kucuran dana berbentuk Bitcoin senilai 570.000 dolar AS atau sekitar Rp 8,1 miliar.

Elliptic menambahkan, diantara beberapa kelompok sukarelawan asal Ukraina yang menerima donasi, Come Back Alive lah yang berhasil mengumpulkan pendapatan donasi terbesar dengan 200 ribu dolar AS hanya dalam kurun waktu 3 tahun.

Baca juga: Ketegangan Ukraina: Dubes Rusia untuk UE Optimis Diplomasi Mampu Kurangi Eskalasi Kyiv

Diketahui dana tersebut digunakan Come Back Alive untuk memasok persediaan medis bagi tentara Ukraina termasuk melengkapi perlengkapan perang seperti drone hingga teropong, senapan sniper.

Hingga baru-baru ini, Come Back Alive dikabarkan akan mengembangkan aplikasi pengenalan wajah untuk mengidentifikasi tentara mata-mata yang menyusup ke Ukraina. Selain itu Aliansi Siber Ukraina juga berhasil mengumpulkan 100 ribu dolar AS selama setahun terakhir.

Sebagai informasi ketegangan antara Ukraina dengan Rusia bermula dari adanya perebutan lahan di Crimea pada tahun 2014 silam. Crimea sendiri kini telah resmi menjadi bagian Rusia.

Mengantisipasi hal serupa terjadi, kini Ukraina lebih waspada dengan membentengi beberapa wilayah perbatasannya dengan menyerahkan ribuan angkatan perangnya.

Belakangan tren pengumpulan dana cryptocurrency kerap dilakukan beberapa negara-negara. Dengan adanya bantuan sumbangan Bitcoin yang digalang para LSM tentunya dapat membuat pertahanan militer Ukraina semakin menguat.

Biden Desak Orang Amerika untuk Segera Tinggalkan Ukraina

Presiden Joe Biden mendesak orang Amerika Serikat (AS) di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu, Kamis (10/2/2022).

Desakan tersebut berkaitan dengan langkah Rusia yang telah mengumpulkan pasukan di perbatasannya dengan Ukraina.

Biden memperingatkan, saat ini yang mereka hadapi bukan organisasi teroris, tetapi salah satu tentara terbesar di dunia.

Biden pun khawatir ketegangan antara Rusia dan Ukraina dapat berubah menjadi "gila" dengan cepat.

"Warga Amerika harus pergi sekarang," kata Biden seperti dikutip CNN.

Baca juga: Joe Biden Pastikan Proyek Nord Stream 2 Gagal Jika Rusia Invasi Ukraina

"Ini tidak seperti kita berurusan dengan organisasi teroris. Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia."

"Ini adalah situasi yang sangat berbeda dan hal-hal bisa menjadi gila dengan cepat."

Biden menambahkan saat ini tidak ada situasi yang dapat mendorongnya mengirim pasukan AS untuk menyelamatkan orang Amerika yang berusaha keluar dari Ukraina.

Sebab, jika dia mengambil langkah tersebut, perang dunia mungkin akan terjadi.

"Itu adalah perang dunia ketika Amerika dan Rusia mulai saling menembak," katanya.

"Jika Presiden Rusia Vladimir Putin cukup bodoh untuk masuk (Ukraina), dia cukup pintar untuk tidak melakukan apa pun yang akan berdampak negatif pada warga Amerika," tambah Biden.

Baca juga: Berita Foto : Erdogan di Ukraina Berusaha Meredakan Ketegangan dengan Rusia

Gedung Putih telah menyetujui rencana mengirim 2.000 tentara AS di Polandia untuk membantu orang Amerika yang mungkin mencoba mengevakuasi Ukraina jika Rusia menyerang, menurut dua pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut.

Adapun pasukan AS saat ini tidak diizinkan untuk memasuki Ukraina sendiri jika perang pecah, dan tidak ada rencana bagi mereka untuk melakukan operasi evakuasi non-kombatan mirip dengan operasi di Afghanistan tahun lalu.

Sebaliknya, rencana yang ada sekarang adalah pasukan, yang berasal dari Divisi Lintas Udara ke-82, akan mulai menyiapkan area pemrosesan dan tempat penampungan sementara di Polandia.

Tepatnya di dekat perbatasan Ukraina di mana orang Amerika yang melarikan diri dari negara itu dapat mencari bantuan saat transit.

Fasilitas belum berdiri, kata seorang pejabat pertahanan, tetapi akan mulai karena lebih banyak tentara AS tiba di Polandia.

Departemen Luar Negeri AS mengulangi peringatannya yang mengatakan orang Amerika tidak boleh melakukan perjalanan ke Ukraina karena meningkatnya ancaman aksi militer Rusia dan meminta mereka yang berada di negara itu untuk segera pergi, Kamis (10/2/2022).

Warga Amerika di Ukraina juga perlu waspada karena mungkin pemerintah AS tidak akan dapat mengevakuasi mereka jika terjadi aksi militer Rusia di mana pun di Ukraina.

Baca juga: Atlet Olimpiade Musim Dingin Ukraina dan Rusia Jaga Jarak: Kami Bukan Teman Baik

Pada akhir Januari, Departemen Luar Negeri mengizinkan keberangkatan personel non-darurat dari Kedutaan Besar AS di Ibu kota Ukraina, Kyiv dan memerintahkan anggota keluarga untuk meninggalkan negara itu.

AS memperkirakan Rusia memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, dengan ribuan ditambahkan minggu ini, menurut seorang pejabat pemerintah.

Biden diperkirakan akan berbicara dengan para pemimpin Eropa dan NATO tentang penumpukan itu pada hari Jumat.

Lebih lanjut, panggilan bersama dengan para pemimpin Prancis, Inggris, Italia, Jerman dan di tempat lain datang ketika negara-negara Barat mencari jalan diplomatik untuk meredakan krisis.

Biden berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang upaya diplomatik Macron di Moskow dengan Putin, Rabu (9/2/2022).

Seorang instruktur militer mengajar warga sipil memegang replika kayu senapan Kalashnikov, saat mereka mengambil bagian dalam sesi pelatihan di sebuah pabrik yang ditinggalkan di ibukota Ukraina, Kyiv, pada 30 Januari 2022. - Saat kekhawatiran tumbuh akan potensi invasi oleh pasukan Rusia yang berkumpul di Ukraina perbatasan, dalam kerangka pelatihan ada kelas tentang taktik, paramedis, pelatihan tentang rintangan. Pelatihan dilakukan oleh instruktur dengan pengalaman tempur, anggota inisiatif publik "Total Resistance". (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) (AFP/SERGEI SUPINSKY)

Sementara jenderal tertinggi militer AS, Ketua Gabungan Jenderal Mark Milley, telah menghubungi sejumlah rekannya di luar negeri mengenai situasi minggu ini.

Milley berbicara dengan Letnan Jenderal Valery Zaluzhny, mitranya di Ukraina, untuk membahas lingkungan keamanan di Eropa.

Pada hari Kamis, Milley juga berbicara dengan rekannya di Belarus untuk pertama kalinya, di antara dua panggilan ke Ukraina.

Milley mencoba untuk mengurangi kemungkinan salah perhitungan dalam panggilan teleponnya dengan Mayor Jenderal Belarus Viktor Gulevich.

Milley berbicara dengan rekannya dari Inggris pada hari yang sama.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini