Sentimen lainnya berasal dari kondisi pandemi Covid-19 di China. Kebijakan nol Covid dan lockdown ketat juga memicu inflasi di negeri tirai bambu. Pada April 2022, inflasi China mencapai 2,1 % , tertinggi sejak 2021.
Sentimen-sentimen itu membuat investor melepas aset-aset berisiko seperti kripto dan saham.
Cryptocrash terjadi ketika token-token populer kripto kehilangan 99 % nilainya. Bahkan, koin-koin yang termasuk dalam stablecoin juga terkena imbasnya.
Baca juga: Market Kripto Sedang Lesu, CEO Indodax Bagikan Tips Cara Tradingnya
Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang dibuat untuk menawarkan harga yang stabil dan didukung oleh aset cadangan, seperti dolar AS atau emas.
Dikutip dari BBC News, nilai pasar gabungan dari semua mata uang kripto sempat mencapai US$1,12 triliun (Rp 16.363 triliun) pada Kamis (12/05), sekitar sepertiga dari nilai pada November, dengan kerugian mencapai lebih dari 35 % pada minggu ini saja.
Satu Bitcoin sekarang bernilai sekitar US$27.000 (senilai Rp394 juta), nilai terendah sejak Desember 2020. Pada akhir tahun lalu, Bitcoin sempat menyentuh angka tertinggi US$70.000 (senilai lebih dari Rp1miliar). Padahal Bitcoin termasuk jenis stablecoin.
Ethereum, koin terbesar kedua berdasarkan nilai, telah kehilangan 20 % nilainya dalam 24 jam.
Tether, stablecoin paling populer, juga jatuh dari patokan dolar AS ke level terendah sepanjang masa US$0,95 (senilai Rp13.886,15).
Terra USD (UST), yang biasanya stabil, juga ikut terguncang. Pada Kamis (12/05) UST turun menjadi US$0,4 (senilai Rp5.486), menurut situs web perdagangan Coin Market Cap. Huda menjelaskan, turunnya harga UST disebabkan harga Bitcoin yang rencananya digelontorkan untuk membeli UST juga turun.
Penurunan UST pun mau tak mau mempengaruhi penurunan LUNA, yang dijadikan penopang sebagian besar nilai UST sekaligus sister coin-nya. LUNA turun dari level tertingginya US$118 (senilai Rp1,7 juta), pada bulan lalu, menjadi US$0,09 (senilai Rp1.300) pada hari Kamis (12/05).
Investor yang panik langsung menarik diri dari mata uang kripto utama. Akibatnya, pasar kripto anjlok.
Investor kripto di Indonesia melonjak dalam beberapa tahun terakhir
Pasar mata uang kripto memang memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi. Sayangnya, menurut Huda, risiko yang tinggi itu belum banyak disadari oleh para investor, terutama di Indonesia.