Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM - Harga koin kripto Solana diprediksi akan mengalami lonjakan harga, meningkat hingga 5 kali lipat pada tahun 2025 mengalahkan pesona Bitcoin dan Ethereum yang saat ini menguasai perdagangan pasar cryptocurrency.
Proyeksi ini diungkap oleh Geoffrey Kendrick, Kepala Penelitian Aset Digital di Standard Chartered, dalam laporannya mereka menyebut bahwa harga koin Solana dapat meningkat tajam apabila Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Kendrick menambahkan bahwa Solana juga berpeluang mengalami kenaikan nilai hingga 100 hingga 400 kali lipat dari posisinya saat ini, dan berpotensi mencapai harga 10.000 dolar AS dalam beberapa tahun mendatang, sebagaimana dilansir dari Crypto Globe.
Proyeksi ini diungkap bukan tanpa alasan, menurut Kendrick kebijakan pemerintahan Trump yang ramah kripto diyakini akan memunculkan harapan terkait persetujuan ETF Solana yang dapat menarik minat investasi dari institusi besar.
Baca juga: Beda Pandangan dengan Donald Trump, Melania sang Istri Justru Dukung Hak Aborsi
Selain itu, pelonggaran kebijakan Trump disinyalir bakal mendukung perkembangan ekosistem dan peningkatan teknologi, termasuk kontribusi pihak ketiga seperti Firedancer yang diharapkan dapat meningkatkan transaksi per detik (TPS) Solana hingga mencapai satu juta.
Berbanding terbalik dengan Trump, pesaing utamanya dari partai Demokrat Kamala Harris justru dianggap sebagai penghambat pertumbuhan Bitcoin CS. Kritikan ini muncul setelah investor kripto menuding Kamala Harris mengalihkan penekanan dari regulasi aset digital.
Ini lantaran selama kampanye berlangsung, Harris dianggap selalu menyoroti berbagai sektor, termasuk semikonduktor dan kecerdasan buatan namun dalam kebijakan ia tak pernah menyebut Bitcoin, kripto, teknologi blockchain, atau aset digital.
“Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa 'industri canggih lainnya di masa depan' adalah kripto. Namun dia (Kamala Harris) tidak mendukungnya, dan ia belum mengatakan apapun tentang subjek tersebut,” jelas Taylor Barr, seorang rekanan kebijakan senior di Digital Chamber.
Alasan tersebut yang membuat para komunitas kripto geram, mereka menilai Harris adalah sosok yang kontra dengan aset digital, lantaran Harris memiliki sikap yang tidak jelas dan tidak mendukung mata uang kripto.
Bahkan sebagian dari investor kripto mulai dilanda kekhawatiran lantaran kemenangan Harris di pilpres AS dapat berpotensi mencalonkan Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Gary Gensler yang anti kripto sebagai Menteri Keuangan.
Hasil Survei Terbaru Pilpres AS
Menjelang pilpres yang akan digelar pada 5 November mendatang, sejauh ini Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris unggul tipis atas mantan Presiden dari Partai Republik Donald Trump.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters, Kamala sukses mendulang kemenangan dengan jumlah poin 46 persen, sementara Trump hanya mengantongi suara 43 persen.
Meskipun suara Harris unggul, namun Trump tetap menjadi pilihan utama bagi pemilih terkait sejumlah isu ekonomi yang kini menjadi isu paling penting dalam pemilihan ini,
Dari hasil jajak pendapat, masyarakat menganggap Trump lebih unggul dalam isu ini dengan 44 persen responden yang percaya bahwa ia memiliki pendekatan yang lebih baik dalam mengatasi masalah biaya hidup, dibandingkan dengan 38 persen yang memilih Harris.