TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kurs rupiah yang terus merosot terhadap Dollar Amerika hingga ke angka Rp 11 ribuan membuat khawatir berbagai kalangan di industri roda dua. Tak terkecuali Yamaha yang juga mengaku bakal berefek buruk pada penjualan sepeda motor.
"Dollar naik, pasti harga motor naik. Kalau enggak kita pusing bayar upah pekerja," beber General Manager Marketing Communication & Community Development PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Eko Prabowo.
Ya dong, dengan Dollar Amerika yang terus meningkat, harga bahan mentah untuk produksi yang masih diimpor juga akan makin mahal. Logikanya, jika harga jual sepeda motor tidak ikut naik, keuntungan perusahaan makin tipis dan bisa jadi tidak lagi cukup untuk membayar gaji pekerja.
"Tapi belum tahu kapan. Kan fluktuasi baru beberapa hari ini. Jika terus seperti ini, kenaikan harga memang gak bisa ditahan," aku pria ramah ini.
Sama halnya dengan Yamaha, pihak PT Astra Honda Motor (AHM). "Sejauh ini memang belum terasa. Masih wait and see sampai dengan September," buka Thomas Wijaya, Deputi General Manager Sales Division PT AHM.
"Pengaruhnya paling besar pada harga bahan mentah untuk produksi yang masih impor. Kemudian juga policy kenaikan pajak impor juga akan ada impact pada harga material mentah," bebernya.
"Untuk Dollar Amerika dan saham ini dampaknya baru bisa dilihat 3 sampai 6 bulan kedepan. Jika perusahaan atau pelaku industri di luar sana banyak yang kena dampak akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan pasar saham, kemudian mereka akan mengurangi produksi dan memberhentikan karyawan, kita akan kena dampaknya 3 sampai 6 bulan setelahnya," ungkap Thomas.
"Belum lagi faktor-faktor lainnya seperti inflasi yang masih tinggi, harga bahan pokok masih tinggi, belum lagi policy pengetatan perbankan fiskal kredit. Jadi yang gelap adalah kondisi likuiditas dan efek domino dari penurunan nilai mata uang Rupiah. Bentuknya ada dua macam baik kenaikan harga sepeda motor sendiri atau efek dari luar yaitu pengangguran dan kondisi perekonomian secara umum yang kurang baik," jelasnya panjang lebar.
Seperti dihantam dua kali, bukan hanya dibayangi ketakutan harga sepeda motor yang terkatrol naik, tapi kondisi perekonomian yang tidak stabil juga diprediksi akan mengurangi daya beli konsumen Indonesia