TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menghadapi banjir bukan hanya tentang kemampuan mobil melintasi genangan air, tapi juga menyangkut prilaku pengemudi. Rifat Sungkar, pebalap nasional sekaligus pendiri sekolah mengemudi Rifat Drive Labs menjelaskan, keputusan pengemudi sangat memengaruhi keselamatan berkendara di saat hujan.
“Berkendara di musim hujan, tentu kecepatan kita hanya setengah dari biasanya atau di musim kering, teorinya seperti itu. Tapi kenyataannya kalau sedang terburu-buru kadang hal itu tidak terjadi,” kata Rifat dalam diskusi keselamatan berkendara pekan lalu.
Sebelum berani menerjang banjir, Rifat mengatakan hal utama yang harus diperhatikan yaitu ketinggian posisi saluran isap udara mesin. Menyepelekan menerobos banjir asal knalpot tidak kemasukan air dianggap kurang tepat, air tidak masuk ke saluran isap lebih penting karena diibaratkan seperti “hidung” mobil.
Sama seperti manusia ketika menyelam, yang seharusnya ditutupi adalah hidung agar tidak kemasukan air. Pada mesin kendaraan, air yang masuk proses pembakaran lewat saluran isap bisa mengakibatkan water hammer.
“Ini jadi tanggung jawab semua pengguna mobil agar tahu di mana air intake-nya (saluran isap),” terang juara nasional reli delapan kali ini.
Saat banjir, lanjut Rifat, mobil berumur ataupun baru dengan teknologi modern punya resiko yang sama. Semua hambatan yang terjadi dalam kondisi biasa akan semakin parah saat hujan.
“Banjir itu ga ada obatnya, sejago-jagonya orang bawa mobil pasti kalah sama banjir. Jadi kalau banjir, pelan-pelan,” lugas pria 36 tahun yang sedang menunggu kelahiran anak kedua ini. (Febri Ardani Saragih)