TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keputusan PT Mabua Motor Indonesia (Mabua) sudah bulat, menutup usaha dan berhenti menjadi agen pemegang merek Harley-Davidson.
Keputusan mendadak ini meninggalkan pekerjaan rumah yang cukup berat, yakni menghabiskan stok sepeda motor yang terlanjur ditumpuk karena salah prediksi.
Dari pengakuan Direktur Pemasaran dan Penjualan Mabua Irvino Edwardly, stok yang saat ini tersisa di kisaran 100 unit, berbagai model dan tahun pembuatan.
Targetnya, stok ini harus habis hingga tenggat 30 Juni 2016, saat di mana Mabua sudah tak lagi melayani konsumen secara penuh.
Jualan 100 Harley-Davidson dengan kondisi daya beli yang turun, plus harga yang melonjak 3 kali lipat akibat pajak, diakui Presiden Direktur Mabua Djonnie Rahmat susah-susah gampang.
Angka 100 unit untuk ukuran moge bukanlah angka yang sedikit.
”Jelas akan berbagai cara kami coba, seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Tapi kami yakin masih ada yang membutuhkan. Ketimbang beli motor, bekas, mending baru dengan harga spesial,” ucap Djonnie, (10/2/2016).
Dia berjanji, harga sepeda motor sisa stok yang dijual tidak akan lebih mahal dari harga pasaran.
Bahkan Mabua siap merugi dan menjualnya dengan harga modal (harga motor plus biaya pajak dan pengiriman).
Layanan yang diberikan untuk pembeli Harlety-Davidson akan tetap sama dengan pembeli-pembeli sebelumnya.
Jika masa layanan Mabua sudah habis, pengguna masih bisa melanjutkan garansi ke diler baru, karena menurut Djonnie, ini sudah kesepakatan antara prinsipal dan Mabua.