TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pada setiap ajang otomotif selalu terselip perempuan-perempuan berparas menawan. Mereka bertindak sebagai model yang menemani produk-produk yang dipamerkan.
Di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2016, Dyandra Promosindo pakan menobatkan Miss IIMS yang diseleksi dari ratusan model di sana.
Lalita, gadis asal Bogor ini, begitu ramah kepada pengunjung yang datang ke booth Mitsubishi, tempat dimana ia menjadi usher atau model.
Setiap mengawali dan mengakhiri pembicaraan, Lolita senantiasa tersenyum.
Menurutnya, senyum adalah cara bagi setiap orang untuk menikmati kehidupan sekaligus sebagai bentuk kehalusan hati.
“Menjadi usher itu passion. Tidak semata cantik, tapi harus smart,” kata Lolita mengawali pembicaraan, Kamis (15/4/2016).
Mahasiswi semester 4 jurusan MICE Universitas Trisaksi ini telah mengawali profesi sebagai model sejak duduk di bangku SMA. Dibanding modelling, menjadi usher butuh keahlian khusus.
“Harus bisa menata sikap dan pandai berkomunikasi karena tugasnya menjelaskan kepada pengunjung tentang produk, tidak semata jadi gadis cantik yang dipajang saja,” kata dara 20 tahun ini.
Sedangkan Esther (20) mengatakan, kecantikan yang dimilikinya itu adalah karunia dan sebuah tantangan. “Cantik yang sesungguhnya adalah kecantikan hati. Percuma kalau hanya cantik fisik tapi hatinya kotor,” katanya.
Esther mengaku tak menyediakan anggaran besar untuk memanjakan badannya, seperti yang dilakukan model-model lain.
“Percaya atau tidak, biaya perawatan kecantikan saya hanya sekitar Rp 300.000 -Rp 500.000 per bulan. Ke salon lebih sering untuk rambut saja. Tidak ada perawatan khusus untuk badan dan kulit. Cukup olahraga saja,” kata mahasiswi Universitas Terbuka (UT) jurusan Ilmu Komunikasi ini.
Sementara Philia (21), mahasiswi semester 6 jurusan Public Relation Universitas Tarumanagara, ini sudah aktif di dunia modelling sejak masih belia.
“Di sini aku bisa banyak belajar, baik soal pendewasaan, sikap atau kesabaran. Sebab jadi usher harus memberikan pelayanan kepada orang dengan baik. Sedangkan hal begitu tidak mudah dilakukan kalau tidak kita latih dan biasakan,” kata Philia.
Menolak
Sementara itu, Lia mengatakan, menjadi usher siap menghadapi godaan dari pria. Ia mengaku setiap hari ada yang meminta foto bareng dan nomor telepon.
“Tapi saya tidak kasih. Cara menolaknya harus halus biar mereka tidak tersinggung. Tapi kalau mereka sudah memaksa, cuekin saja,” kata Lia.
Lalu apa yang memotivasi dara asal Subang ini tertarik menjadi usher?
“Bayarannya besar,” kata Lia. Sesudah itu dia tertawa.
“Enam jam honornya Rp 1 juta. Pekerjaannya tidak cukup sulit menurut saya,” katanya.
Menurut Lia, tidak sembarang perempuan bisa menjadi usher dan bertahan pada profesi ini dalam waktu lama, meskipun dari sisi materi pekerjaan ini begitu menggiurkan.
“Berdiri selama enam jam. Kadang sambil melayani pengunjung, menjelaskan produk dan beramah-tamah dengan mereka. Wajah harus senantiasa ceria, tersenyum. Dan semua itu bisa dilakukan hanya bagi yang mau dan kuat saja. Banyak model yang maunya enaknya saja dan pasti nggak kuat dikasih pekerjaan seperti itu.” (Ferianto Hadi)