TRIBUNNEWS.COM – Menyusul serangan teroris di Bangladesh, yang menyebabkan tujuh warga Jepang menjadi korban, membuat pemerintah Negeri Sakura bertindak.
Rencananya, pemerintah Jepang akan membekali para pekerjanya di daerah rawan teroris dengan kendaraan lapis baja anti peluru.
Lebih dari itu, Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam laporannya, untuk berencana memanggil pemerintah asing, demi memperkuat langkah-langkah keamanan melalui polisi dan militer mereka, seperti dilaporkan Japan Today, Selasa (2/8/2016).
"Orang Jepang juga bisa menjadi target terorisme dan kami perlu memperbaharui pemikiran kami, sesungguhnya keselamatan tidak akan datang tanpa biaya,” ujar Seiji Kihara, Wakil Menteri Luar Negeri pada pertemuan panel mempresentasikan laporan dihadapan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida.
Kishida juga mengatakan, dirinya mengharapkan adanya langkah-langkah untuk membangun benteng kuat dan efektif demi keselamatan pada warganya.
Ini juga agar Jepang bisa terus menawarkan dukungan kepada negara-negara berkembang, termasuk Bangladesh.
Serangan teroris di Bangladesh ibukota Dhaka bulan lalu menewaskan 20 orang, termasuk tujuh warga Jepang yang ikut di dalam Japan International Cooperation Agency (JICA).
JICA melakukan beberapa proyek di negara-negara berkembang, yang dibiayai dari bantuan pihak Jepang.
Para aid worker Jepang di Sudan Selatan juga sudah menggunakan mobil anti-peluru saat berkeliling wilayah tersebut. Ini karena masih rentannya konflik bersenjata di sana.