TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Hari Purnomo mengatakan, Pertamina menanggung beban dan bahkan bisa jadi merugi di berbagai bandara di luar pulau. Pasalnya, selain biaya distribusi yang sangat tinggi, juga karena omset di bandara marjinal tersebut sangat kecil.
“Seperti bisnis biasa. Kalau volume penjualan tinggi tentu menguntungkan, kalau volume kecil tentu merugi. Apalagi jika cost-nya tinggi,” kata Hari, Senin (22/8/2016).
Dalam konteks tersebut, jelas Hari, sudah wajar kalau akhirnya Pertamina melakukan subsidi silang. Yakni, keuntungan yang diperoleh dari Bandara Soekarno Hatta yang memang memiliki omset paling tinggi dipergunakan juga untuk menutup kerugian di berbagai bandara terpencil.
"Pertamina membebankan keuntungan yang diperoleh di Bandara Soekarno-Hatta untuk menutup biaya yang ditanggung bandara lain," kata Hari.
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Ibrahim Hasyim, mengatakan, harga Avtur Pertamina sebenarnya lebih murah dibandingkan harga yang terpublikasikan. Sebab, Avtur diperdagangkan menurut norma bisnis sehingga harga yang di-publish sebagai harga retail akan berbeda-beda setelah maskapai penerbangan membuat kontrak berlangganan dengan perusahaan minyak.
“Perbedaan tersebut, kata dia, bisa sampai 5 persen lebih murah, tergantung besarnya volume dan cara pembayaran,” jelas Ketua Umum Ikatan Alumni Akademi Migas (ILUGAS) tersebut.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone