Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diler resmi Harley Davidson di Indonesia, Anak Elang Harley-Davidson of Jakarta yakin akan mampu bertahan di tengah pajak importisasi motor besar di Indonesia yang mencapai 300 persen.
"Kami bekerjasama dengan leasing (perusahaan pembiayaan) dan perbankan. Itu salah satu cara agar kita bisa bertahan (survive). Kita membangun diler tentu sudah melalui pertimbangan," kata Dealer Principal Anak Elang-Harley Davidson, Sahat Manalu di sela seremoni pembukaan diler Anak Elang di Boulevard Artha Gading, Minggu (29/1/2017).
Ia menerima segala keputusan pemerintah yang menetapkan pajak tinggi untuk motor berkapasitas besar.
"Kami memutuskan untuk berani membuka karena kami punya teman-teman. Kami punya penggemar motor Harley Davidson, yang tentunya, akan terus men-support kami," ujarnya.
Ia mengakui menyasar para komunitas dan pencinta Harley Davidson Indonesia sehingga penjualan motor pabrikan Amerika Serikat itu diyakini tak terpengaruh dengan tingginya pajak motor.
"Ya memang ini kan pilihan, dan kalau Harley Davidson itu kecintaan. Jadi susah juga kalau harus diukur dengan uang," pungkasnya.
Seperti diketahui, pada akhir 2015, Mabua Harley-Davidson selaku agen pemegang merk sepeda motor Harley-Davidson di Indonesia harus tutup dikarenakan pajak yang diterapkan pemerintah terlalu tinggi.
“Indonesia pajaknya paling tinggi, negara lain tidak sampai 300%. Dengan berat hati kami terpaksa menutup keagenan kami sebagai pemegang merk sepeda motor Harley-Davidson di Indonesia. Penutupan ini terhitung sejak 31 Desember 2015,” ungkap Djonnie Rahmat, Presiden Direktur Mabua Harley-Davidson, 10 Februari 2016 lalu.