TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pabrik Renault berhenti produksi karena serangan siber. Perhatian dunia saat ini tertuju pada serangan siber ransomware WannaCry dan versi yang lebih ganas bernama WannaCrypt.
Dampaknya begitu luas, bahkan menyasar sektor otomotif. Salah satu produsen otomotif yang terkena dampaknya adalah Renault.
Serangan ransomware WannaCry meluas menyebar ke lebih dari 100 negara akhir pekan ini. Imbasnya, produsen mobil asal Perancis Renault, menghentikan produksi di beberapa pabriknya pada hari Sabtu (13/5/2-17).
"Tindakan proaktif telah dilakukan, termasuk penghentian sementara aktivitas industri di beberapa lokasi," ujar salah satu juru bicara Renault di Pabrik Sandouville, Perancis.
Meski begitu tidak semua pabrik Renault-Nissan disebutkan terkena dampak serangan siber ini.
Pabrik Renault-Nissan di Sunderland, Inggris dipastikan akan tetap beroperasi dan dibuka kembali pada hari Senin (15/5/2017).
Serangan ransomware WannaCry dimulai pada hari Jumat (12/5/2017) lalu dan berdampak global.
Virus ini menyasar komputer di rumah sakit di Inggris, beberapa fasilitas di Spanyol, dan kementerian dalam negeri Rusia.
Di Indonesia, ransomware WannaCry telah menyerang sistem di Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Serangan ini merebak dengan mengeksploitasi sistem yang disebut sebagai EternalBlue. Sistem ini diperkirakan telah dikembangkan oleh NSA untuk menerobos keamanan pada komputer Windows.
Kemarin, Microsoft mengambil langkah yang tidak biasa untuk mengeluarkan patch Windows XP untuk membantu mencegah serangan tersebut.
Sementara seorang periset keamanan siber berusia 22 tahun asal Inggris, dikabarkan telah berhasil menjinakkan ransomware WannaCry.