Siapa sangka ribuan langkah yang terlewati berawal satu tapak kecil. Michio Suzuki memulai langkah itu, andai saja ia menyianyiakan kemampuan dan mengabaikan kesulitan ibunya mungkin ia tak akan jadi bagian sejarah dunia. Mungkin tak ada merek Suzuki yang mendunia seperti saat ini.
KISAH Michio Suzuki langsung muncul, Suzuki Plaza, sebuah museum yang berisi lengkap dari mulai awal kiprah Suzuki, jatuh bangun hingga menghasilkan berbagai produk legendaris.
Tribunnews.com diberi kesempatan untuk masuk museum yang letaknya di seberang kantor pusat Suzuki yakni Suzuki Motor Corporation.
Suzuki Plaza berlokasi di Zora-cho, Minami-ku, Hamamatsu, Shizuoka di dalam gedung seluas 3.489 meter persegi.
Baca: Tidak Ada Dualisme Kepemimpinan, H Syam Resfiadi Pimpin Asphurindo
Mulai langsung dari lantai 3F para awak media diajak seolah berpetualang ke masa lalu melihat waktu demi waktu perjalanan panjang Suzuki.
Adalah Michio Suzuki yang pendiri, tak hanya patungnya yang menarik perhatian tapi juga film pendek yang mengisahkan keberhasilannya.
Michio muda memiliki keahlian sebagai tukang kayu, suatu ketika orangtuanya yang notabene seorang petani kapas, sang ibu kesulitan dalam menenun.
Ibunya butuh waktu lama untuk menenun, akhirnya Michio mencoba membuat alat tenun yang mendasari sistem operasi kerja mesin tenun yang diproduksi Suzuki nantinya.
Baca: Gubernur Sultra Nonaktif, Nur Alam Segera Diadili
Pada film pendek tersebut tampak bagaimana Michio muda berpikir, bereksperimen, merancang hingga membuat alat tenun.
Dan terciptalah alat tenun dengan sistem pedal.
Menenun yang biasanya butuh waktu lama dengan terciptanya sistem operasi alat tenun kayu dengan pedal menenun jadi bisa lebih mudah dan cepat.
Dari alat tenun kayu sistem pedal yang dipamerkan tampak manekin dengan menggunakan pakaian tradisional Jepang seolah sedang peragakan pengoperasian alat tenun tersebut.
Baca: Anies Baswedan Ingin Pemasukan DKI dari Uang Halal
Akhirnya alat tenun dari sistem operasi pedal dengan bahan kayu telah berubah menjadi mesin tenun bahakan beberapa mesin masih dipakai di Indonesia.
Selain alat tenun kayu sebagai cikal bakal keberadaaan Suzuki di museum ini juga ada mobil berkapasitas mesin 360cc.
Suzulight sebuah mobil yang menjadi cikal bakal mobil penumpang Suzuki.
Sementara pada lini motor, 'Power Free' sepeda bermotor atau tepatnya sepeda yang ditempel motor menjadi pijakan awal sepeda motor buatan Suzuki.
Baca: Kejaksaan Agung Tetapkan Tersangka Baru Kasus Dana Pensiun Pertamina
'Power Free' menggunakan mesin murni buatan Suzuki dengan kualitas tinggi.
Di museum tersebut berdiri anggun sebuah sepeda. Di Indonesia sering disebut sepeda onta atau sepeda jawa.
Bedanya di atas pedal bertengger cantik mesin 'Power Free' bikinan Suzuki.
Alat tenun, mobil dan motor pertama merupakan kisah yang belum seberapa dibandingkan dengan karya-karya baru Suzuki di perjalanan panjangnya.
Baca: Egy Maulana Vikri Cs Bisa Terjegal Cristiano Ronaldo Malaysia Ini
Suzuki pernah berjaya, pernah juga terpuruk, karena perang, karena bencana, hingga mencoba peruntungan baru sampai di perjalanan saat ini menjadi satu merek yang diakui dunia soal kualitas produk otomotifnya.
Di lantai 3 ada juga Suzuki Alto yang melegenda di Jepang, mobil terlaris saat itu karena strategi cerdas.
Bahkan Suzuki Alto dijual dengan harga yang relatif murah selisih sedikit dengan beberapa barang elektronik seperti televisi, komputer dan produk lainnya.
Di zaman itu mobil akan berbeda harga lantaran Jepang yang terdiri dari beberapa area dan kepulauan sehingga biaya pengangkutan mobil ke sebuah area berbeda dengan area lain.
Baca: Tak Boleh Ada Kamera di Lantai Tujuh Alexis, Ini Alasannya
Hal ini yang menyebabkan harga mobil dari area satu berbeda dengan area lainnya, tai gebrakan marketing Suzuki saat itu tak lazim.
Mereka memberlakukan harga yang sama di setiap pula, hasilnya mobil produksi Suzuki laris manis bak kacang goreng.
Selain Suzuki Alto ada juga mobil yang legendaris yakni Suzuki Jimny, tak hanay di Jepang Indonesia pun melihat 'Jimny' sebagai legenda dan banyak orang yang berburu Suzuki Jimny.
Sedangkan untuk sepeda motor seperti dimulai dari cikal bakal yakni sepeda yang ditempel motor 36cc 'Power Free' lalu ke sepeda motor lebih besar hingga Suzuki Hayabusa.
Baca: Tak Boleh Ada Kamera di Lantai Tujuh Alexis, Ini Alasannya
Puas di lantai tiga seolah mengunjungi zona masa lalu, di lantai ini para pengunjung disuguhi dengan tema 'The History of Suzuki Manufacturing' yakni awal sejarah Suzuki, mesin tenun dan evolusi kendaraan Suzuki dari masa ke masa.
Sementara di lantai dua para pengunjung bisa menyaksikan proses produksi kendaraan dengan tema 'Suzuki Creations'.
Di lantai ini pengunjung akan ditunjukan bagaiman proses kreasi mulai dari rapat, lalu perancangan mobil, membuat dami dari tanah liat hingga proses produksi.
Pengunjung juga diperlihatkan peragaan robot memindah satu onderdil dari lokasi a ke b dan sebagainya, pengunjung bisa mencoba untuk memindahkannya.
Baca: Gempa 5,7 SR Guncang Kota Ambon
Selain itu di lantai ini ada bioskop mini 3 dimensi, menampilkan proses produksi sebuah mobil.
Mulai dari stamping, welding hingga assembling.
Berbekal kacamata 3D pengunjung dimanjakan dengan pertunjukan gambar dan suara bahkan ada semprotan air dan aroma untuk menunjukkan gambaran nyata proses produksi mobil.
Masih di lantai yang sama ada mesin simulasi perakitan lalu ada juga miniatur peta Enshu bahkan ada flight simulator di Enshu Zone.
Bila ingin berkunjung, gratis, tentu kalau dari Indonesia butuh biaya transportasi yang tak murah.
Siapa saja boleh masuk ke museum tapi untuk mengunjungi perlu reservasi terlebih dahulu.(Tribunnews.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)