Laporan Reporter Kontan, Agung Jatmiko
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pabrikan mobil asal Prancis, Renault SA dan pabrikan mobil asal Jepang, Nissan Motor Co berencana merger, yang akan meningkatkan kerja sama antara kedua perusahaan lebih dari dekat menjadi satu kesatuan utuh.
Mengutip Bloomberg, Kamis (29/3/2018), antara dua perusahaan memang sudah lama terjalin aliansi, dengan Nissan memiliki 15% saham Renault dan Renault memiliki 43% saham Nissan.
Namun, manajemen kedua perusahaan merasa aliansi selama ini kurang kuat dalam menghadapi persaingan global.
Apalagi industri mobil sekarang sedang gencar beralih ke mobil listrik dan mobil otomatis. Dia dua area ini, perusahaan-perusahaan besar macam Volkswagen AG dan Toyota Motor Corp sedang gencar ekspansi.
Jika Renault dan Nissan bergabung tentu akan menjadi satu pesaing yang tangguh, dengan sumber daya yang sangat cukup untuk masuk dalam segmen baru, seperti mobil listrik atau mobil otomatis.
Para pihak sedang membahas transaksi. Nissan pada dasarnya akan memberikan saham perusahaan baru hasil merger kepada pemegang saham Renault.
Baca: Rumah Mewah Mantan Dirut Garuda, Emirsyah Satar, yang Disita KPK Dibeli Tahun 2012
Baca: Presiden Korut Kim Jong-Un Akan Hadiri Inter-Korean Summit 27 April di Korea Selatan
Pemegang saham Nissan juga akan menerima saham di perusahaan baru dalam pertukaran untuk kepemilikan mereka. Selain itu, ada pula pembicaraan bahwa keduanya akan tetap mempertahankan kantor pusat di Jepang dan Prancis.
Namun, kemungkinan merger ini akan sulit dicapai.
Pasalnya, pemerintah Prancis memiliki 15% saham Renault dan banyak ahli berpendapat kalau Prancis enggan melepas kontrol penuh atas Renault, kecuali ada negosiasi yang membuat pemerintah melunak.
Sementara itu, kedua pemerintah, baik Prancis maupun Jepang juga harus menyetujui penggabungan ini dan keduanya mungkin punya pendapat berbeda yang sama kuatnya, tentang di mana sebaiknya perusahaan baru ini berdomisili.