Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG — Teknologi baterai ditengarai menjadi salah satu kendala terberat dalam pengembangan mobil listrik di dalam negeri. PT Pertamina (Persero) menyiasatinya dengan melakukan kerja sama penelitian dengan UNS untuk mengembangkan teknologi baterai untuk mobil listrik.
“Jadi kalau riset memang kendala semua masih di baterai, kalau dari Pertamina sendiri sudah bekerjasama dengan UNS untuk mengembangkan baterai yang ramah lingkungan dan bisa diproduksi dalam negeri,” kata VP Corporate Communication PT Pertamina, Adiatma Sarjito saat ditemui di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Serpong, Tangerang, akhir pekan lalu.
Adiatma menuturkan, riset teknologi baterai tersebut baru bisa diterapkan untuk sepeda motor. “Tapi masih tahap sepeda motor, jumlahnya cukup ekonomis dibandingkan dengan harga BBM,” jelasnya.
Namun, ia meyakini ke depan pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia akan terus berkembang. “Semua sedang berlomba-lomba melakukan riset untuk baterai, tapi ingat, kalau dalam perkiraan kami, itu pertumbuhan kendaraan listrik akan eksponensial,” ungkapnya.
Baca: Kurs Rupiah Menguat Tipis Setelah BPS Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengataan, daya saing mobil listrik ke depan sangat tergantung pada teknologi baterai, sehingga penting bagi produsen mobil listrik mengembangkan teknologi baterai yang kompetitif.
Kementerian Perindstrian juga tengah memprioritaskan riset teknologi baterai dengan bekerja sama dengan enam perguruan tinggi di Indonesia.
“Teknologi baterai ini bukan hanya domain untuk electric vehicle tapi juga untuk energi terbarukan,” kata Menteri Airlangga.
Baca: The Entirely New Lexus ES, Sedan Listrik Hybrid Terbaru dari Lexus
Seperti diketahui, tren penggunaan kendaraan listrik terus berkembang di berbagai dunia. Pengembangan mobil listrik salah satunya bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030.
Presiden Jokowi dalam sambutannya di pembukaan pameran GIIAS 2018 mengingatkan, fenomena mobil listrik semakin meluas. Di mana, saat ini negara-negara lain seperti Prancis dan Inggris sudah mengumumkan di 2040 sudah tidak ada mobil non listrik yang dijual.
China juga sudah mengumumkan agar bisa menjadi yang terdepan di dunia untuk mengembangkan mobil listrik. "Dan sekarang (China) sudah menjadi pasar terbesar di dunia untuk mobil listrik," kata Jokowi.